Washington, (ANTARA News) - Militer AS diperkirakan tidak lama lagi akan mengakui bahwa serangan udaranya di bulan Agustus menewaskan 33 sipil di Afghanistan barat. Jumlah itu jauh lebih banyak dibandingkan laporan sebelumnya, ungkap CNN yang dikutip Xinhua, Rabu. Serangan udara di Kabupaten Shindand di provinsi Herat, Afghanistan barat, juga menewaskan 20 pejuang, kata beberapa pejabat AS yang mengetahui laporan itu --yang akan segera disiarkan. Sebaliknya, penilaian dari pemerintah Afghanistan dan Misi Bantuan PBB di Afghanistan menyimpulkan bahwa 90 warga sipil tewas --kebanyakan perempuan dan anak-anak. Militer AS mulanya menyatakan "hanya lima sampai tujuh" warga sipil tewas. Tetapi ketika gambar dari telefon genggam belakangan diberikan kepada militer AS dan memperlihatkan puluhan mayat di tempat serangan, komandan militer AS di Afghanistan, David McKierman, memerintahkan penyelidikan ulang. "Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui sebanyak 22 korban tewas di pihak gerilyawan dan 33 sipil akibat akibat operasi di Azizabad, yang berbeda dengan keterangan awal penyelidikan pimpinan AS dan dari organisasi lain di Afghanistan," kata komando pasukan AS dalam suatu pernyataan. Brigadir Jenderal Michael Callan, yang memimpin penyelidikan tersebut, juga mendapati bahwa "pasukan koalisi bertindak atas dasar keterangan intelijen yang dapat dipercaya, dalam membela diri, dan sejalan dengan ketentuan perang dan peraturan bertindak yang dipahami", kata komando itu. Pasukan khusus AS mengerahkan dukungan udara setelah mereka dan tentara Afghanistan "ditembaki" dari satu tempat yang diduga sebagai persembunyian Taliban di Azizabad di provinsi Herat, Afghanistan barat, pada 22 Agustus. Satu pesawat AC-130 yang bermeriam kemudian menyerang kompleks tersebut. Peristiwa itu meningkatkan ketegangan antara pemerintah Afghanistan dan Amerika Serikat mengenai peningkatan jumlah korban jiwa sipil dalam berbagai operasi AS dan NATO. Peristiwa itu, yang paling akhir dari serangkaian kejadian yang merenggut korban jiwa sipil, mengundang tuduhan berang dari Presiden Hamid Karzai setelah beberapa pejabat Afghanistan dan PBB melaporkan bahwa 90 warga sipil telah jadi korban.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008