Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pelaksana Econit Advisory Group, Hendri Saparini, di Jakarta, Jumat, memperkirakan target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 maksimal hanya 4 persen, menyusul kehancuran sektor finansial di negeri Paman Sam Amerika Serikat (AS). "Maksimal pertumbuhan ekonomi tahun 2009 adalah 4 persen, bukan 6 persen seperti target pemerintah saat ini," kata Hendri Saparini dalam diskusi tentang efek krisis finansial Amerika Serikat terhadap Indonesia. Ia menjelaskan dampak dari krisis sektor finansial yang kini tengah melanda Amerika akan sangat terasa di Indonesia. "Kalau pemerintah tidak melakukan pergeseran di kebijakan ekonomi dan pemerintah tidak menciptakan ekonomi domestik, target pertumbuhan yang bisa tercapai tahun depan maksimal hanya 4 persen," ujar dia. Menurut Hendri, RAPBN tahun 2009 akan tertekan defisit anggaran yang mencapai sekitar 90 triliun rupiah, sementara kebijakan moneter ketat dengan menaikkan suku bunga mengakibatkan inflasi terus melonjak. "Pemerintah harus mendorong agar dalam RAPBN 2009 dana lebih banyak dialokasikan untuk mendukung ekonomi domestik, membuka lapangan pekerjaan yang riil, dan mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap ekspor," katanya. Lebih lanjut Hendri mengingatkan bahwa krisis finansial di Amerika Serikat saat ini akan berdampak terhadap Indonesia secara langsung karena perlambatan ekonomi global akan mengurangi volume ekspor Indonesia, sementara Indonesia sangat bergantung kepada sektor ekspor. "Krisis di Amerika membawa dampak kepada Indonesia dalam dua keterkaitan, yakni perdagangan (ekspor) dan finansial," kata dia. Hendri menambahkan, "Dan jangan juga pemerintah mengatakan krisis ini tidak akan berdampak langsung terhadap Indonesia secara signifikan. Krisis ini bukan cuma di sektor finansial dan tidak bisa pula dilokalisir." Pemerintah, masih kata dia, harus membagi beban secara adil, "Tidak boleh lagi pemerintah menggunakan dana untuk menyelamatkan segelintir orang saja di industri finansial seperti pengalaman dalam BLBI pada krisis tahun 1998 silam."(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008