Mosul, Irak, (ANTARA News) - Hampir 1.000 keluarga Kristen telah meninggalkan rumah mereka di kota Mosul di Irak utara menyusul gelombang kekerasan terburuk terhadap mereka dalam lima tahun terakhir, gubernur provinsi Duraid Kashmula mengatakan, Sabtu. Masyarakat Kristen itu telah berlindung selama 24 jam terakhir di sekolah dan gereja di pinggiran utara dan timur provinsi Nineveh setelah serangan yang menewaskan sedikitnya 11 orang Kristen sejak 28 September, kata Kashmula. Sedikitnya tiga rumah orang Kristen diledakkan oleh penyerang tak dikenal di distrik Sukkar di Mosul, yang dianggap oleh pasukan keamanan AS dan Irak sebagai salah satu benteng pertahanan kota terakhir al Qaida di Irak. "Itu (kekerasan) adalah serangan terburuk terhadap warga Kristen sejak 2003," kata Kashmula. "Di antara mereka yang tewas dalam 11 hari terakhir ada satu dokter, satu insinyur dan satu orang yang cacat." Uskup Kaldean Louis Sako pekan ini minta pada militer AS dan juga pemerintah PM Nuri al-Maliki untuk melindungi orang Kristen dan minoritas lainnya. "Kami merupakan sasaran serangan kekerasan. Tujuannya adalah politis," kata Sako. Ia mengatakan bahwa sejak serangan pimpinan-AS 2003, lebih dari 200 orang Kristen telah tewas dan serangkaian gereja diserang, serta menambahkan bahwa kekerasan telah meningkat dalam beberapa pekan belakangan, khususnya di utara. Di sisi lain, umat Islam merupakan korban terbesar dari konflik di Irak, dengan ribuan, bahkan puluhan ribu orang telah tewas sejak invasi AS itu. Sekaranglah waktunya bagi pemerintah pimpinan-Muslim Syiah PM Nuri al-Maliki untuk memenuhi janjinya berulang untuk melindungi minoritas Irak, kata Sako. Ada sekitar 800.000 orang Kristen di Irak pada waktu serangan pimpinan-AS, jumlah yang sekarang telah berkurang dengan sepertiga karena mereka melarikan diri dari negara itu, kata uskup tersebut. Ia mengatakan masyarakat Kristen bergantung pada pemerintah dan pendukungnya AS untuk berlindung. Tidak seperti mayoritas Syiah, bekas elit Arab Sunni atau Kurdi, mereka tidak memiliki suku atau milisi yang sangat berpengaruh untuk melindungi mereka.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008