Jakarta (ANTARA News) - Menneg BUMN Sofyan Djalil menyatakan program pembelian kembali (buy back) saham BUMN tidak untuk melawan pasar, tetapi memberikan harapan dan kepercayaan kepada pelaku pasar bahwa saham BUMN sangat layak dikoleksi. Sofyan Djalil mengemukakan hal itu di Jakarta, Senin, terkait dimulainya "buy back" oleh 9 BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan saham sesi I Senin. Menurut catatan, sembilan BUMN yang mendaftarkan program "buyback" ke Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) adalah Aneka Tambang, Batubara Bukit Asam, Wijaya Karya, Semen Gresik, Jasa Marga, Adhi Karya, Perusahaan Gas Negara, Timah, Telkom. Sofyan menjelaskan, dana yang disiapkan seluruh BUMN tersebut mencapai sekitar Rp6 triliun, masing-masing tergantung kemampuan perusahaan. "Pelaksanaan "buy back" tidak akan jor-joran bahwa semua yang dijual harus dibeli. Tetapi mereka akan membeli secara teratur, dan terukur. Kapan waktunya... tanya mereka (BUMN Tbk)," katanya. Sementara itu Dirut PGN, Hendi P Santoso mengatakan, menyiapkan dana maksimal Rp450 miliar untuk program pembelian kembali (buy back) saham di pasar modal. "Dana untuk buy back Rp450 miliar dialokasikan dari pos laba ditahan (return earning) tahun lalu," kata Hendi. Ia berpendapat, program buy back merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menahan penurunan harga pada perdagangan di bursa saham. "Jadi tidak akan mengganggu kinerja operasional perusahaan," ujarnya. Sedangkan Dirut Jasa Marga, Frans Sunito juga mengatakan siap "buy back" dengan menyiapkan dana Rp300 miliar. "Maksimal Rp300 miliar, dari internal kas perusahaan," kata Frans. Menurut Sofyan Djalil, pada intinya program "buyback" bukan kewajiban, tetapi kesempatan bagi BUMN maupun emiten di pasar modal untuk menambah kepemilikan saham perusahaan. Kondisi seperti sekarang ini harga saham BUMN di pasar sedang dalam posisi rendah. "BUMN sudah positif ikut program ini, karena harga saham BUMN sangat murah, jadi kalau anda pegang saham BUMN saat ini ya... `hold` (tahan--red) saja," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008