Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 25 anggota kursus regular Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) tiba di Jepang, Selasa, untuk studi banding mempelajari filosofi "bushido" yang ikut mendasari jiwa kepemimpinan bangsa Jepang. Dalam dialog dengan rombongan Lemhannas,Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar memberikan briefing singkat mengenai kondisi Jepang dan proses suksesi kepemimpinan di negara itu berjalan stabil. Koordinator studi banding Lemhannas I Putu Sastra Wingarta mengatakan, pihaknya menjadikan masalah kepemimpinan sebagai prioritas yang diperlukan bagi para calon pemimpin bangsa yang digodok di Lemhannas. Terlebih di era global, Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang tidak sekedar pintar tetapi juga berjiwa patriotik dan bermoral. "Jepang menjadi salah satu pilihan dalam studi banding kali ini mengingat sejarah kehancurannya setelah kalah perang namun bisa bangkit kembali dengan cepat. Itu semua tentunya didasari oleh kepemimpinan yang kuat," kata mantan Komandan Paspampres itu. Demokrasi yang mapan di Jepang ternyata memberi ruang yang luas bagi pencetakkan kepemimpinan melalui mekanisme, kelembagaan yang mapan, dan semangat bushido-nya. "Saat ini Indonesia sedang mengalami persoalan dengan kepemimpinan nasional. Boleh dibilang sedang mengalami degradasi. Bila diibaratkan, Indonesia sedang kehilangan pemimpin yang berjiwa kebangsaan," kata Wingarta. Menurutnya ada tiga hal pokok yang membuat kepemimpinan yang kuat bisa muncul, yaitu adanya mekanisme yang mapan, keberadaan suatu lembaga yang khusus menggodok calon-calon pemimpin bangsa, serta kepribadian dari individunya. "Pribadi yang baik tidak akan berarti jika tidak didukung mekanisme dan kelembagaan tadi. Sedangkan mekanisme dan kelembagaan juga tidak berarti apa-apa jika `person-nya` tidak bermoral," katanya. Dubes Jusuf Anwar kepada para peserta mengatakan, perlunya mempelajari folosofi Jepang mengenai bushido secara mendalam karena semangat ini berhasil mendorong Jepang bangkit cepat dari keterpurukan setelah kalah perang. Pada dasarnya, kepribadian pemimpin Jepang sangat dipengaruhi oleh semangat bushido yang sangat asketik, berdisiplin tinggi, dan menjunjung tinggi kode etik dan tata krama dalam kehidupan. "Semuanya itu perlu dipelajari saksama jika Indonesia ingin bisa maju dengan pemimpin yang kuat seperti Jepang. Kepemimpinan Jepang juga telah teruji di masa-masa krisis sehingga bisa membawanya ke dalam percaturan global," katanya. Ia mencontohkan demokrasi Jepang yang mapan telah membuat pergantian kepimpinan nasional tidak menimbulkan gejolak pada masyarakat. Pemimpin kuat terus bermunculan mensejahterahkan Jepang Rombongan Lemhannas berada di Jepang hingga 17 Oktober dan akan mengunjungi Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan serta sejumlah lembaga yang menjadi "think tank" kepemimpinan nasional negeri Samurai tersebut. Peserta kursus regular Lemhannas sebetulnya berjumlah 90 orang dan terbagi dalam tiga rombongan untuk melakukan studi banding ke sejumlah negara, di antaranya, Jepang, Jerman, Yunani, dan China.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008