Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas Paskah Suzetta di Jakarta, Rabu, mengatakan, pemerintah akan melaksanakan koreksi APBN 2009 terutama belanja masing-masing departemen dalam rangka mengamankan kondisi ekonomi tahun 2009 sebagai dampak krisis ekonomi. "Agar defisit tidak terlalu melebar dengan sangat terpaksa anggaran belanja masing-masing departemen akan dipotong 15 persen," katanya. Menurut Paskah yang ditemui usai membuka seminar mengenai air minum mengatakan, keputusan yang memberatkan itu terpaksa diambil setelah melalui rangkaian konsultasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Kontan pernyataan Paskah ini membuat terkaget-kaget pejabat di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum yang mengadiri kegiatan seminar mengingat serangkaian sasaran sudah disiapkan penerima APBN nomor dua setelah Departemen Pendidikan Nasional. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto salah satunya yang juga ikut terkejut mendengar pernyataan rekannya yang baru saja kembali dari pertemuan Washington dengan IMF dan Bank Dunia. "Saya langsung kirim layanan pesan pendek ke semua dirjen begitu Pak Paskah menyampaikan hal tersebut karena pasti akan ada penyesuaian sasaran sangat signifikan dibanding sebelumnya," ujar Menteri PU. Menurut Menteri PU, semula anggaran yang dialokasikan tahun 2009 sekitar Rp35 triliun dengan adanya pemotongan 15 persen berarti yang diterima Rp30 juta kurang sedikit atau ada Rp5 triliun yang harus dipangkas. "Kami akan memprioritaskan proyek-proyek yang sensitif bagi ekonomi dalam arti menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar serta dapat memperlancar aktivitas perdagangan antar daerah," kata Menteri PU. Sebelumnya anggota Komisi V DPR-RI yang membidangi infrastruktur sekaligus panitia anggaran Enggartiasto Lukita menyarankan, agar anggaran tidak perlu dikoreksi karena di tengah krisisi ini harus diciptakan peluang pekerjaan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. "Kalau melihat defisit APBN yang dipakai saat ini 1,7 persen sebenarnya sangat memadai mengingat posisi saat ini masih 1,2 sampai 1,3 persen, akan tetapi untuk tahun 2009 memang masih harus dilihat," ujar dia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008