Denpasar, (ANTARA News) - Hari hening sedunia yang diperkenalkan dengan "World Silent Day" (WSD) akan diselenggarakan pada Maret 2009 dan berkesinambungan setiap tahun. "Hari itu adalah untuk mengingat bumi yang telah berumur 4,5 miliar tahun dan kini menghadapi kerusakan lingkungan, konflik sosial akibat sumber daya yang kian langka, serta perubahan iklim," kata I Made Suarnatha dari Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim, di Denpasar, Sabtu. Ia mengatakan, kerusakan lingkungan terjadi akibat aktivitas produksi dan konsumsi manusia yang tidak ramah lingkungan. WSD adalah upaya agar manusia sadar bahwa bumi perlu diberi waktu untuk memulihkan diri. Menurut Suarnatha, melalui WSD setiap orang dapat memberikan kontribusi dalam mengurangi konsumsi energi, sumber daya alam maupun bahan-bahan lain untuk kelestarian lingkungan. Tanggal 21 Maret dipilih untuk pelaksanaan WSD sebagai simbol peralihan menuju kehidupan baru, saat matahari berada pada titik "vernal equinox" (berhubungan waktu siang/malam) dan akan bergerak dari khatulistiwa ke arah utara. Keesokan harinya 22 Maret 2008, dilakukan penghargaan terhadap air sebagai hari air sedunia. Sasaran kedua kegiatan tersebut semua manusia di bumi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), terutama yang menggunakan energi dan mengonsumsi materi berlebihan. Lewat upaya tersebut diharapkan mampu mendorong keadilan iklim, mengingat banyak masyarakat pedesaan di negara berkembang hingga saat ini belum menikmati listrik. Sementara masyarakat di negara maju amat boros dengan energi listrik. Lewat WSD masyarakat kota New York misalnya, bisa ikut merasakan gelap gulita tanpa listrik, sebagai kontribusi mengurangi emisi GRK. Kolaborasi Bali Untuk Perubahan Iklim merupakan kerjasama sejumlah organisasi non-pemerintah dan perorangan profesional di Bali yang bekerja dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim dan merespon konferensi internasional tentang hal tersebut di Nusa Dua, Desember 2007. Menurut Suarnatha, sejak disepakatinya kerja sama tersebut pada Agustus 2007, sudah dilakukan beberapa kegiatan seperti diskusi dan lokakarya tentang perubahan iklim dengan berbagai kelompok masyarakat dan profesi.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008