Jakarta (ANTARA News) - Seorang diplomat Indonesia mengatakan, surplus dana di Timur Tengah yang mencapai 1,6 triliun dolar AS beum bisa dimanfaatkan penuh Indonesia karene terhambat birokrasi padahal ini penting bagi bayak proyek pembangunan. "Sikap sementara birokrat Indonesia perlu diperbaiki jika kita ingin mengundang investor ke dalam negeri," kata Utusan Khusus Presiden Untuk Timteng Dr Alwi Shihab, dalam sebuah seminar di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu. Alwi memberi contoh, salah satu proyek yang berhubungan dengan investor dari Qatar dan Bahrain dengan salah satu BUMN, prosesnya sudah berjalan dua tahun, tapi hingga kini belum selesai. "Makanya, ketika Wapres Jusuf Kalla mendengar hal itu, beliau segera memerintahkan agar prosesnya segera dituntaskan," katanya tanpa menyebut nama BUMN itu. Ia mengungkapkan, di Malaysia, proyek senilai 5 miliar dolar AS hanya memakan waktu tidak lebih dari satu tahun untuk menyelesaikannya. tetapi di Indonesia, sikap birokrasi membuat khawatir para investor. "Mengapa sepertinya ada `attitude` (sikap) yang kurang bersahabat dengan investor dari Timur Tengah itu. Sebenarnya, kita berharap semua pihak bertanggung jawab untuk turut mengubah mental mereka agar lebih positif," katanya. Ia menjelaskan, beberapa pemodal Timteng sudah masuk ke Indonesia, di antaranya Grup EMAR, yang sudah siap menggarap proyek pengembangan pariwisata senilai 1 miliar dolar AS di Lombok. Grup usaha yang siap beroperasi adalah dari Oman siap menandatangani MoU senilai 400 juta dolar AS dalam bidang minyak dan gas dan Capital Investment Group dari Uni Emirat Arab (UEA) yang meresmikan kantor perwakilannya di Jakarta Rabu ini. "Kelompok UEA ini siap membuat MoU antara lain pada bidang real estate, portofolio dan pembangunan pelabuhan (infrastruktur)," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008