PBB (ANTARA News) - Krisis finansial yang melanda dunia saat ini telah memperlihatkan kini lah masanya bagi berbagai klub negara kaya seperti Kelompok Tujuh (G-7) membuka pintu mereka bagi negara-negara penting dari dunia berkembang, seorang pejabat pembangunan PBB menyatakan Rabu. "Kelompok-kelompok eksklusif dari negara-negara kaya betul-betul sudah tak ada artinya lagi," ujar Kemal Dervis, kepala Program Pembangunan PBB, kepada para wartawan, seperti dilaporkan Reuters. "Tentu saja terbukanya klub-klub ini bagi para pemain besar, pemain kuat dari negara-negara berkembang sangat diinginkan." Dervis mengemukakan hal itu saat berbicara mengenai krisis finansial yang dimulai di AS, namun kini telah menyebar ke seluruh dunia. Dikatakannya, krisis tersebut akan menjadi topik penting pada pertemuan seluruh lembaga PBB yang diketuai Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di New York, Jumat. Para pejabat penting dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia diharapkan juga akan menghadiri pertemuan Jumat di Markas Besar PBB. Belum jelas apakah pertemuan ini akan menghasilkan sesuatu persetujuan mengenai usulan-usulan spesifik, kata Dervis. Tergantung pada komunitas internasional untuk memutuskan apakah akan memperluas klub-klub seperti G-7 untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang penting, namun hal itu perlu sekali dilakukan, katanya. "Pasar yang baru tumbuh di negara-negara berkembang seperti Brazil, China dan India kini mempunyai peran yang sangat besar untuk dimainkan di perekonomian dunia dan beberapa dari mereka mempunyai sumberdaya yang besar untuk menunjang peran mereka," katanya. Pertemuan G-20 Gedung Putih mengumumkan Rabu bahwa Presiden George W. Bush akan menjadi tuan rumah para pemimpin dunia pada 15 Nopember untuk membahas krisis tersebut. Para pemimpin yang diundang adalah pemimpin negara kaya dan negara berkembang yang tergabung dalam Kelompok 20 (G-20), yang mencakup G-7 dan perekonomian penting yang sedang tumbuh, seperti China, Brazil, Saudi Arabia dan India. G-20 terdiri atas kelompok negara-negara industri maju (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Jerman, Italia dan Kanada) dan negara-negara Eropa lainnya serta Argentina, Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan dan Turki. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008