Sukoharjo (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla mengingatkan para kadernya bahwa suara Partai Golkar sejak 1999 tidak pernah beranjak dari 22 persen, bahkan pada Pemilu 2004 suara Golkar turun 0,6 persen jadi 21 persen. "Memang waktu itu kita tetap nomor satu, tetapi karena perolehan suara PDIP juga turun dari 35 persen ke 16 persen," kata Jusuf Kalla saat memberi pengarahan di depan ratusan kader dan calon legislatif Partai Golkar di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu. Penyebab penurunan suara itu, lanjut dia, pasti karena ada yang salah. "Bisa saja karena kader Golkar baru bekerja hanya kalau ada acara-acara seperti Rapat Pimpinan atau Musyawarah Daerah, setelah itu sepi lalu ramai lagi menjelang Pemilu." Pada pengarahan di kantor DPD II Partai Golkar Kabupaten Klaten, Jusuf Kalla juga menambahkan, penurunan suara juga disebabkan oleh kurangnya militansi dari kader Golkar dan ditambah lagi tak banyaknya kerja sosial. "Kedua hal ini dipunyai oleh PKS, tapi kalau sudah punya keduanya, tapi hanya bisa 15 persen, bagaimana caranya. Sementara itu bagi Golkar tidak melakukan apapun tetap akan mendapat 20 persen yang diperoleh dari pemilih tradisional," katanya. Karena itu, dengan sedikit kerja keras Golkar akan mampu meraih sedikitnya lima persen lagi suara tambahan, ujarnya. Ia juga meminta kader Partai Golkar tidak membicarakan masalah pencalonan Presiden sebelum usai pemilihan umum legislatif. "Kalau kita sedang menjual motor dengan pameran motor, jangan menjual mobil, nanti jadi tidak fokus," katanya. Menurut dia, karena tidak ada partai yang dapat meraih suara di atas 50 persen, maka koalisi harus dilakukan, tapi pembicaraan mengenai koalisi juga baru bisa dilakukan setelah Pemilu legislatif. "Kalau sekarang sudah bicara pemilihan presiden, tidak ada konsentrasi pada partai, lalu suara partai bisa turun," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008