Jakarta (ANTARA News) - Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sepekan terakhir, membuat kalangan pengusaha ekspor khawatir untuk menempatkan dananya dalam bentuk valuta asing (valas), khususnya dolar AS di perbankan nasional. "Agar para eksportir kita mau menempatkan valasnya dalam sistem perbankan nasional, mereka harus diyakinkan bahwa sistem perbankan kita jauh lebih aman dibanding negara lain. Apalagi dalam situasi seperti sekarang," kata Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter KADIN Indonesia, Bambang Soesatyo di Jakarta, Minggu. Menurut Bambang, kekhawatiran para eksportir terkait dengan posisi Rupiah yang dalam sepekan terakhir cenderung melemah, dan sempat berada di posisi Rp10.000 terhadap dolar AS di pasar uang antar bank. Dalam kondisi rupiah yang tidak stabil, kata Bambang, eksportir dan para pemegang valas, akan selalu berusaha mencari tempat penyimpanan yang aman. "Padahal pemerintah telah meminta BUMN untuk mengalihkan seluruh rekening valasnya yang ditempatkan di luar negeri, ke perbankan dalam negeri. Langkah ini seharusnya bisa menarik eksportir dan pengusaha swasta melakukan hal yang sama. Tetapi belakangan ini, posisi Rupiah tampaknya cenderung melemah," kata Bambang. Melemahnya nilai tukar Rupiah, menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Boediono, lebih diakibatkan oleh arus besar penarikan dolar AS ke negara asalnya. "Rupiah itu kontesnya mata uang lain. Kita tidak bisa melawan arus besar. Namun, BI terus memantau pasar yang sedang bergejolak. Kami berusaha menjaga pengamanan rupiah," kata Boediono, Jumat lalu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008