Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah masih menunggu harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) menyentuh 63 dolar AS per barel sebelum mengkaji penurunan harga BBM bersubsidi. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Senin mengatakan, harga ICP sebesar 63 dolar AS per barel berarti harga premium keekonomian sudah setara dengan premium bersubsidi yakni Rp6.000 per liter. "Saat ini, ICP masih 71-72 dolar AS per barel. Jadi, kita tunggu apakah menyentuh 63 dolar AS per barel atau tidak pada hari-hari mendatang," katanya. Dasar penghitungannya apa? Ingat uang! Menurut Purnomo, pemerintah belum bisa memastikan apakah harga premium bersubsidi bisa diturunkan pada tahun ini atau tidak. "Kita lihat perkembangan harga minyak dulu," ujarnya. Purnomo juga membantah terdapat kelebihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang telah dialosikan dalam APBN Perubahan 2008 senilai Rp126 triliun. "Tidak betul kalau dikatakan saat ini ada kelebihan subsidi BBM. Alokasi subsidi senilai Rp126 triliun sudah terpakai semua," katanya. Kelat-kelit syarat, prasyarat dipaparkan! Sebelumnya, sejumlah kalangan baik anggota DPR maupun pengamat mengungkapkan, saat ini sudah terdapat kelebihan alokasi subsidi APBN Perubahan 2008, sehingga bisa dipakai buat menurunkan harga BBM bersubsidi. Menurut Purnomo, saat harga minyak dunia tinggi yang mencapai rekor sebesar 147 dolar AS per barel di awal tahun, telah menyerap banyak subsidi BBM. "Jadi, sekarang sudah habis," katanya. Ia menambahkan, kalaupun ingin alokasi subsidi BBM tetap Rp126 triliun, maka harga minyak Indonesia (ICP) harus 45 dolar AS selama Nopember-Desember 2008. "Saya akan paparkan angka-angkanya dalam raker dengan Komisi VII DPR siang ini," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008