Jakarta (ANTARA News) - Federal Reserve, untuk pertamakalinya dalam sejarah, setuju memberi fasilitas swap masing-masing senilai 30 miliar dolar AS kepada bank sentral Brazil, Meksiko, Korea Selatan dan Singapura dalam upaya mencairkan likuiditas pasar uang di keempat negara berkembang itu. The Fed menyediakan "fasilitas swap likuiditas kepada bank sentral di empat sistem perekonomian yang secara sistematis penting" ini sampai 30 April tahun depan, demikian pernyataan The Fed seperti dikutip Bloomberg, Kamis. Upaya ini ditempuh untuk memitigasi tingkat penyebaran kesulitan-kesulitan yang timbul karena pembiayaan dolar AS. Indeks saham patokan Korea Selatan mencapai kenaikan tertinggi setidaknya sejak 1980, di mana mata uang won juga berapresiasi besar dan adanya biaya lindung nilai atas obligasi Asia Pasifik dari kemungkinan gagal bayar telah meningkatkan optimisme sehingga mencegah meluasnya krisis kredit global. Hari ini, The Fed dan bank sentral China serentak memangkas suku bunga diikuti oleh Hongkong dan Taiwan. "Fasilitas swap ini akan membantu melancarkan aliran likuiditas dan menggairahkan pasar lebih kuat dari dampak yang bisa ditimbulkan dari turunnnya suku bunga The Fed," kata kepala Bank Julius Baer & Co Singapura, Venkatraman Anantha Nageswaran. "Itu adalah langkah yang benar dan bisa mencegah situasi lebih buruk lagi." Indeks Kospi Korsel melonjak 10,5 persen menjadi 1.072,81 poin siang waktu setempat, sedangkan won berapresiasi 10 persen terhadap dolar AS. Indeks Straits Times Singapura naik 3,6 persen. Risiko lindung nilai obligasi Asia Pasifik jautuh, di mana indeks Markit iTraxx yang mengukur swap kredit gagal bayar (CDS) untuk obligasi Asia jatuh ke titik terendah sejak indeks ini dikenalkan ke publik pada September 2007. IMF Pengumuman the Fed ini berbarengan dengan keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk melipatgandakan pagu pinjaman untuk negara-negara berkembang seraya mengendurkan syarat-syarat yang selama ini memberatkan. Langkah yang ditempuh The Fed dan IMF ini menunjukkan itikad internasional untuk menyokong penguatan kinerja negara-negara ekonomi bertumbuh yang terkena dampak gejolak pada pasar keuangan global dewasa ini, demikian Menteri Keuangan AS Henry Paulson dalam satu pernyataannya. Para investor dari negara ekonomi bertumbuh (emerging markets) ramai-ramai meminta dolar AS dalam jumlah besar demi mengurangi likuiditas mata uang dengan berinvestasi kembali dalam dolar AS, kata David Spegel, kepala strategi pasar berkembang pada ING Financial Bank, New York "Swap kredit gagal bayar dari The Fed ini dirancang untuk membantu memulihkan likuiditas sehingga spiral dampak buruk dari krisis kredit global tergunting," kata David. "Yield" obligasi negara ekonomi bertumbuh terhadap obligasi pemerintah AS kemarin (29/10) memendek sampai 61 basis poin atau 0,61 persen poin menjadi 7,21 persen poin, demikian JPMorgan Chase & Co. "Spread" diantara kedua obligasi itu melebar menjadi 5,72 persen setelah mencapai rekor tersempit 1,49 persen pada Juni 2007. Ini adalah "spread" terlebar sejak Oktober 2002. Pasar berkembang "The Fed berada (mengambil langkah) di negara-negara ekonomi bertumbuh untuk mendukung kawasan yang beberapa tahun ini sukses mengerjakan pekerjaan rumahnya (memacu perekonomian) terutama negara-negara seperti Korsel, Brazil, Singapura dan Meksiko," kata Alonso Cervera, ekonom asal Amerika Latin pada Credit Suisse Group, New York. Alonso menyebutkan, dalam beberapa tahun terakhir ini keempat negara itu setia menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang bertanggungjawab dan berhasil melewati masa-masa tersulitnya. Selain empat negara ini, The Fed juga memberi fasilitas swap serupa kepada Selandia Baru senilai 15 miliar dolar AS sembari menyingkirkan batas swap kepada empat bank sentral dunia lainnya termasuk Bank Sentral Eropa (ECB). The Fed juga menyepakati fasilitas serupa kepada bank sentral Australia bulan lalu dengan meningkatkannya hingga tiga kali lipat menjadi senilai 30 miliar dolar AS. "Harapan kita dunia tidak lagi melihat krisis keuangan global bertambah buruk," kata Lyle Gramley, mantan anggota gubernur The Fed yang kini menjadi panasehat ekonomi senior pada Stanford Group Co. Katanya, The Fed tengah membuuka kesempatan kepada bank sentral sejumlah negara yang ingin memenuhi meningkatnya kebutuhan dolar AS dari sistem perbankannya. Bank of Kores (bank sentral Korsel) telah memangkas suku bunga hingga mencapai rekor terendah sejak 27 Oktober yang dibarengi dengan tindakan pemerintah menjamin simpanan bank untuk memperluas akses ke dana-dana asing. Harga saham dan kurs won jatuh pekan lalu dan menimbulkan kekhawatiran bahwa negeri itu akan mengalami lagi krisis mata uang seperti terjadi satu dekade lalu setelah IMF mengorganisasi paket talangan senilai 57 miliar dolar AS untuk pembayaran utang luar negeri negara itu. "Fasilitas swap dari The Fed akan meningkatkan cadangan devisa kita dan membantu menstabilkan pasar uang," kata Gubernur Bank of Korea Lee Seong Tae kepada pers hari ini. Lee menambahkan bahwa pihaknya akan mencoba bekerjasama dengan bank-bank sentral lainnya untuk menstabilkan pasar keuangan global dan lokal Korsel. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008