Jakarta (ANTARA News) - Indonesia bersama dua negara penghasil karet utama dunia yakni Thailand dan Malaysia, sepakat mengurangi pasokan karet dunia untuk memperbaiki harga karet di pasar internasional yang saat ini 1,7 dolar AS per kilogram. Menteri Perdagangan Mari Elka Pengestu di kantornya di Jakarta Jum'at mengatakan, pemerintah berharap harga bisa mencapai 2 dolar AS atau lebih. "Itu kira-kira target yang diharapkan." Menurut Mari, kondisi pasar dunia sebetulnya masih relatif kuat dan anjloknya harga lebih disebabkan oleh terpuruknya industri otomotif. Selama ini karet alam lebih banyak terserap untuk produksi ban-ban mobil. "Jadi sekarang pasokan menumpuk, sementara permintaan masih relatif rendah," kata dia. ITRC dan International Rubber Consortium Limited (IRCo) juga sepakat untuk mengambil tiga langkah bersama utnuk mencegah kian terpuruknya harga karet alam dunia. "Dua langkah jangkah pendek yang akan kami tempuh, yaitu Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dan Strategic Market Operation (SMO)," kata Mari Pangestu. Sementara untuk jangka panjang, ketiga negara tersebut sepakat untuk mengikuti skema pemasokan atau Supply Management Scheme (SMS). Ketiga skema di atas akan diimplementasikan ke upaya percepatan program peremajaan (accelerated replanting). Ketiga negara produser karet dunia, termasuk Idonesia akan meremajakan karet yang sudah ada dari 112.000 hektar menjadi 169.000 hektar pada 2009. Upaya ini diharapkan akan mengurangi pasokan karet alam di pasar sebanyak 215.000 ton. Langkah lain yang mengurangi perluasan kebun karet juga dilakukan Thailand dengan diversifikasi perkebunan dengan tanaman lain, sementara Indonesia akan membatasi pemberian ijin baru bagi usaha perkebunan karet. Di tempat terpisah, Menteri Pertanian Anton Apriantono juga sudah mengusulkan agar intensitas penyadapan pohon karet dikurangi untuk sementara. Hal ini dianggap bisa membantu menjaga keseimbangan supply and demand (pasokan dan permintaan) karet. "Sebagai contoh bila rata-rata penyadapan biasanya dilakukan setiap 2 hari, maka petani kita himbau untuk menyadap pohon karet setiap tiga hari," kata Anton Hal ini dianggap tepat karena menjelang musim hujan, banyak petani akan mengalami kesulitan menyadap pohon-pohon karet. Thailand, Indonesia dan Malaysia merupakan tiga negara produser karet terbesar di dunia yang mencakup sekitar 80 persen dari pasokan dunia yaitu 9,893 juta ton pada tahun 2007. Thailand memproduksi 3,063 juta ton, sementara Indonesia dan Malaysia menyusul di tempat kedua dan ketiga, yaitu 2,797 juta ton dan 1,138 juta ton masing-masing. Sementara sisanya dipasok oleh negara-negara lain seperti China (600 ribu ton), Srilanka (120 ribu ton), Filipina (72 ribu ton), India (811 ribu ton), dan Vietnam (602 ribu ton). (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008