Jakarta (ANTARA News) - Ada setumpuk harapan dipertaruhkan saat Partai Amanat Nasional (PAN) dideklarasikan pendiriannya pada 23 gustus 1998.

Pertaruhan yang disandang partai berlambang matahari itu bukanlah isapan jempol karena salah satu ikon yang disandang adalah keberadaan Amien Rais selaku ketua umumnya yang juga simbol reformasi.

Saat pertama kali rencana pendirian partai ini dibahas, ada tiga nama partai yang diusulkan untuk digunakan yakni Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Amanat Rakyat (PAR) dan Partai Amanat Bangsa (PAB).

Namun setelah dilakukan voting diantara para pendiri partai itu, PAN mendapat suara tertinggi hingga akhirnya nama itulah yang digunakan hingga saat ini.

Pada Pemilu 1999 sebagai pemilu yang pertama kali diikuti partai ini, banyak orang yang merasa yakin bahwa PAN akan menang dan menjadi partai besar atau minimal masuk dalam tiga besar.

Asumsi yang terbangun adalah adanya ketokohan dan figur Amien Rais yang berhasil menumbangkan kekuasaan Orde Baru sebagai pendiri sekaligus ketua umum PAN, para pendiri PAN yang dikenal sebagai tokoh-tokoh reformis dan berkomitmen memperjuangkan kepentingan rakyat serta adanya basis konstituen yang jelas, yakni kalangan islam modernis seperti Muhammadiyah, HMI, PMII dan lain sebagainya.

Namun ternyata harapan tidak selalu seiring dengan kenyataan. PAN hanya berhasil berada pada posisi kelima setelah PDIP, Golkar, PPP dan PKB.

Bagaimana pun ukuran kuantitatif dari keberhasilan sebuah partai adalah jumlah perolehan suara atau kursi di lembaga legislatif.

Kendati dari perolehan kursi di DPR RI pada Pemilu 2004 PAN tetap menempati posisi kelima setelah Golkar, PDIP, PPP dan Partai Demokrat, namun secara nasional perolehan suara PAN merosot 0,6 persen dibandingkan Pemilu 1999.

Perolehan kursi PAN di DPR RI itu diuntungkan oleh perubahan sistem pemilihan proporsional terbuka dan penyebaran suara PAN yang semakin merata di daerah-daerah. Dibandingkan dengan PKB dan PKS, yang perolehan suaranya lebih besar dibandingkan PAN namun hanya terkonsentrasi di wilayah tertentu saja, pemilih PAN lebih menyebar.

PAN pada awalnya mengambil Pancasila sebagai azas partai. Namun setelah kongres I di Yogyakarta pada tahun 2000, PAN mengubah azasnya menjadi "Akhlak politik yang berlandaskan agama yang membawa rahmat bagi sekalian alam".

Kendati kalangan Muhammadiyah merupakan basis utama konstituen PAN, namun partai ini menegaskan sifatnya yang pluralis dan terbuka sehingga lebih dekat dengan warna nasionalis serta pengurusnya yang multi etnis dan multi agama.

Watak nasionalisme PAN terlihat jelas dari platform dan garis perjuangan PAN yang menunjukkan ciri-ciri sebagai partai modern.

Tentunya PAN tidak bisa lepas dari jati dirinya yang terbangun dari tiga pilar, yakni pilar Muhammadiyah, pilar intelektual dan pilar pluralisme. Ketiga pilar itulah yang selama ini menopang partai itu sehingga tetap eksis dalam kancah perpolitikkan nasional.

Dengan tetap mempertahankan jati dirinya itu, PAN akan tetap mampu berperan memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa dan negara ini.

Selain itu, sebagai partai politik yang lebih mengedepankan moralitas, PAN telah bertekad untuk terus menjaga nilai-nilai moral sebagai prasyarat dalam bertindak. Moral yang tercitra dalam diri PAN itu akan menjadi modal bagi perkembangan PAN dimasa mendatang.

Koalisi dan Capres


Sebagai parpol yang pernah mengusung sendiri capres-nya di Pilpres 2004, PAN tentunya mempunyai bekal yang cukup untuk kembali kembali mengusung "jago"nya di Pilpres 2009.

Saat ini, menurut Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir (SB), PAN sedang mempersiapkan rumusan persyaratan seorang capres yang nantinya dijadikan pegangan bagi partai tersebut dalam perhelatan Pilpres 2009. Rumusan bagi capres tersebut nantinya akan dibukukan sehingga setiap orang bisa membacanya.

"Mungkin itu nanti kita sebut saja sebagai `buku biru' (sesuai warna atribut PAN) capres," ujarnya. Selain menyusun berbagai persyaratan atau kriteria kelayakan seorang capres berikut rumusan program kerjanya yang serupa dengan garis besar haluan negara (GBHN) di masa lalu, PAN juga merencanakan untuk melakukan
survei nasional tentang presiden pilihan rakyat.

Berdasarkan hasil survei independen tentang capres yang dikehendaki rakyat itulah, PAN siap mengusung kandidat capresnya di 2009.

Walau partai berlambang matahari itu telah memiliki tiga kriteria capres yang akan diusungnya, yakni harus berusia muda, berpengalaman dan sukses memimpin suatu daerah serta orang baru yang belum terlibat di pemerintahan sebelumnya.

Diluar tokoh-tokoh yang potensial dicangkokkan ke PAN, SB sendiri sempat masuk dalam wacana capres PAN setelah ia gencar beriklan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik.

Namun demikian dalam sejumlah kesempatan, SB mengungkapkan bahwa sebenarnya dia tidak tertarik untuk berkompetisi di pilpres mendatang. ?Banyak DPD dan DPW PAN yang meminta saya sebagai Capres 2009, tapi belum bisa saya setujui,? katanya tanpa menyebutkan alasannya.

SB berdalih bahwa dirinya justru dilarang istrinya menjadi presiden karena takut waktu untuk keluarga habis. "Istri saya tak setuju saya jadi presiden. Tapi kalau rakyat yang minta, saya tidak tahu," ujar SB saat temu muka dengan kelompok tani dan masyarakat di Desa Karanganyar, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan.

"Bagi saya, biarkan seperti air mengalir saja. Nanti terserah rakyat yang meminta. Apalagi yang tua-tua masih mau maju," ucapnya.

Komitmen senada juga dicetuskan Ketua Majelis Penasehat Partai (MPP) PAN yang juga tokoh sentral partai itu, Amien Rais, yang menyatakan bahwa saat ini masih terlalu dini bagi PAN berbicara soal capresnya.

Momentum yang paling pas untuk berbicara soal capres adalah tatkala hasil pemilu legislatif telah diketahui dan berapa kursi DPR yang berhasil diraih partai itu. Sementara saat ini hanya tepat untuk berbicara masalah konsep, visi, dan misi bagi kepemimpinan serta bangsa Indonesia dimasa depan.

Seperti halnya partai politik lainnya, PAN juga sempat mewacanakan koalisi. ?Sebagai partai menengah, kami tahu diri. Partai yang mendapat suara tujuh hingga 20 persen tentu harus koalisi. "Golkar dan PDI Perjuangan saja bicara koalisi, apalagi yang tidak lebih dari 20 persen suara," kata Amien Rais.

Parpol yang akan diajak berkoalisi dengan PAN itu tentunya juga harus memiliki kesamaan visi dan misi. Dengan alasan yang "setali tiga uang" dengan pencalonan presiden-nya, hingga saat ini PAN juga belum memikirkan secara serius soal berkoalisi dengan parpol lain untuk mengusung capres.

Organisasi
Ketua MPP : Amien Rais
Ketua Umum : Soetrisno Bachir
Sekjen : Zulkifli Hasan

Alamat
Jl. Warung Buncit Raya Kav No. 17, Jakarta Selatan.
Telp : (021)797 5588
Fax : (021) 797 5632.
website: www.pan.or.id

Identitas Partai : Menurut Kongres I PAN ditetapkan moral agama, nilai kemanusiaan dan kemajemukan (pluralitas).

Visi/Misi :
Membentuk masyarakat Indonesia baru yang berdasarkan moralitas agama, perikemanusiaan dan prinsip-prinsip demokrasi. Misi ini dalam implementasinya selalu bersandar pada etika dan fatsun politik.(*)

Oleh Oleh Junaedi S
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008