Jakarta (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam World Economic Outlook (WEO) Updated dengan mempertimbangkan situasi ekonomi dunia dan tingkat kepercayaan konsumer yang semakin memburuk dalam sebulan terakhir, sehingga ekonomi global hanya tumbuh 2,2 persen pada 2009 dan ASEAN hanya 4,2 persen. Dikutip dari situs resminya, Jumat, kedua angka proyeksi terpaut lebih rendah sekitar 75 basis poin dari WEO awal yang dipublikasikan pada bulan lalu. "Namun proyeksi ini hanya berdasarkan pada perkembangan kebijakan terakhir. Langkah global untuk mengamankan pasr finansial dan memberikan situmulus fiskal lanjutan serta pelonggaran moneter diperkirakan mampu menghambat perlambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia," demikian kata IMF Sementara pada 2008, laju pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya 3,7 persen, melambat 20 basis poin dari WEO awal, dan ASEAN tumbuh 5,4 persen, relatif sama dengan proyeksi awal. Beberapa raksasa ekonomi, seperti AS, Inggris, Jerman, Prancis, dan Jepang, diperkirakan juga mengalami koreksi tipis sehingga laju pertumbuhan mereka berturut-turut menjadi 1,4 persen; 0,8 persen; 1,7 persen; 0,8 persen, dan 0,5 persen. Sedangkan pada 2009, dampak krisis finansial global akan semakin menghambat ekonomi mereka sehingga mengalami pertumbuhan negatif (minus), seperti AS yang - 0,7 persen; Inggris yang - 1,3 persen; Jerman yang - 0,8 persen; Perancis yang -0,5 persen; dan Jepang sebesar - 0,2 persen. China dan India kembali menjadi harapan dunia dengan perkiraan proyeksi pertumbuhan maing-masing 9,7 persen dan 7,8 persen pada 2008, serta 8,5 persen dan 6,3 persen pada 2009. IMF memperkirakan volume perdagangan dunia, baik barang maupun jasa, akan tumbuh 4,6 persen pada 2008 dan melambat menjadi 2,1 persen pada 2009. Sedangkan harga-harga komoditas juga akan lebih murah pada 2009, seperti harga minyak dunia yang diperkirakan turun 31,8 persen dan harga komoditas lain non minyak melemah 18,7 persen. Inflasi dunia pada 2008 diperkirakan mencapai 3,6 persen pada negara maju dan 9,2 persen pada negara-negara berkembang. Sedangkan pada 2009,inflasi dunia cenderung melambat dengan proyeksi 1,4 persen pada negara maju dan 7,1 persen pada negara berkembang Menurut IMF, negara-negara yang akan menerima dampak paling parah dari krisis finansial global saat ini adalah negara-negara eksportir komoditas (karena jatuhnya harga komoditas global), serta negara-negara dengan struktur pembiayaan eksternal dan masalah likuiditas yang besar Dan kebanyakan negara di kawasan Asia Timur, termasuk China, cenderung akan mengalami perlambatan yang lebih rendah karena situasi finansial yang lebih kuat, membaiknya neraca perdagangan akibat turunnya harga komoditas, dan lebih dininya mereka dalam melakukan penyesuaian kebijakan moneter yang longgar. IMF juga merevisi ke bawah proyeksi harga minyak dunia akibat melemahnya permintaan global dari 100 dolar AS per barel pada WEO awal menjadi 68 dolar AS per barel. Demikian juga dengan harga-harga logam dan bahan pangan yang juga menurun. "Ini memang mengendurkan tekanan bagi rumah tangga di negara-negara maju dan berkembang di Eropa. Tapi di sisi lain dunia, ini melemahkan prospek pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang lainnya," jelas IMF. Inflasi dan sisi finansial Ditambahkan oleh IMF, pengamanan harga komoditas dan semakin melambatnya ekonomi diyakini bakal mengurangi tekanan inflasi. Di negara maju, inflasi harus turun ke level yang lebih rendah dari 1,5 persen pada akhir 2009. Dan di negara berkembang, inflasi juga diperkirakan akan melambat secara gradual. "Namun, di beberapa negara, risiko inflasi tetap akan termanifestasi karena lebih tingginya harga komoditas dan berlanjutnya tekanan pada pasokan lokal telah mempengaruhi upah dan ekspektasi inflasi," katanya. Pada sisi finansial, IMF mencatat adanya penurunan beberapa indeks bursa utama sekitar 25 persen pada Oktober. Sementara tekanan lebih parah terjadi pada pasar negara-negara berkembang. "Sejak awal Oktober, `spread` pada beberapa obligasi negara meningkat dua kali lipat untuk kembali ke level pada 2002 dengan lebih dari sepertiga negara pada indeks patokan EMBIG memperdagangkan pada `spread` di atas 1.000 basis poin. Nilai perdagangan beberapa pasar di negara berkembang terpangkas sekitar 30 persen jika dihitung dengan mata uang lokal, dan lebih dari 40 persen jika dihitung dengan dolar AS. Sejumlah kebijakan yang diterapkan pun membutuhkan waktu untuk memberi dampak positif. Kebijakan tersebut antara lain, pengambilalihan aset-aset busuk, penggunaan uang negara untuk rekapitalisasi bank dan memberi penjaminan yang komprehensif, serta pemangkasan suku bunga secara terkoordinasi oleh beberapa bank sentral dunia. Selain dampak langsung, IMF memperkirakan dampak krisis finansial global pada rumah tangga dan korporasi juga memaksa penurunan tajam pada konsumsi, terutama produk tahan lama dan investasi. (*)

Copyright © ANTARA 2008