Magelang (ANTARA News) - Menteri Perhubungan (Menhub), Jusman Syafii Jamal, meluncurkan buku biografi berjudul "Kiai Hamam Dja`far dan Pondok Pabelan", kumpulan kesaksian para santri, kerabat, dan sahabat ulama pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Pabelan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu. "Saya dulu menjadi salah satu santri kalong Kiai Hamam," katanya saat peluncuran buku itu yang antara lain dihadiri mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Achmad Syafi`i Ma`arif, pimpinan Ponpes Pabelan, dan para santri, di Ponpes Pabelan, di Magelang, Sabtu. Ia mengaku, bertemu terakhir kalinya dengan Kyai Hamam pada tahun 1991. Kiai Hamam yang mendirikan ponpes itu pada tahun 1965 dan meninggal dunia tahun 1993, katanya, biasanya bisa ditemui pada malam hari. Ia mengaku, sejak tahun 1978 sering menemui Kiai Hamam semasa menjadi pegiat mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), atau setelah terjadi penangkapan terhadap sejumlah pegiat kampus oleh penguasa Orde Baru. "Kalau pagi tidak bisa ketemu Kiai Hamam, tetapi setelah Isya, bicara sampai pukul 05.00 WIB, maka kami disebut santri kalong," katanya. Pada kesempatan itu Menhub Jusman bercerita tentang kenangan atas beberapa kali pertemuannya dengan Kiai Hamam. Kiai Hamam adalah pemberi semangat bagi dirinya untuk melanjutkan kuliah di jurusan penerbangan di ITB. "Saya dimarahi ketika berpikir akan berhenti kuliah. Kiai Hamam ketika itu mengatakan bahwa saya berarti menyerah, kalah, bukan ijazah yang penting tetapi apa yang sudah dimulai harus diakhiri sehingga saya menekuni sebagai mahasiswa penerbangan dan 21 tahun tidak pernah pindah dari dunia penerbangan," katanya. Ketika itu, katanya, sejumlah mahasiswa ITB yang menjadi santri kalong Kiai Hamam sempat membuat saluran air dengan pompa hidran dari Kali Pabelan menuju ponpes yang berjarak sekitar tiga kilometer. Ia menyebut kiai kelahiran tahun 1938 itu sebagai sosok yang selalu gembira. Buku "Kiai Hamam Dja`far dan Pondok Pabelan" setebal 496 halaman itu diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, terdiri dari 43 karya para penyumbang naskah, sesuai dengan Hari Ulang Tahun ke-43 Ponpes Pabelandengan penyunting sastrawan, Ajip Rosidi. Mereka yang menyumbang tulisan untuk buku itu antara lain terdiri dari 10 santri, tiga orang keluarga Kiai Hamam, enam guru Pabelan, tujuh sahabat Kiai Hamam yang sesama alumnis Ponpes Gontor, Jawa Timur, dan 17 orang sahabat Kiai Hamam. Salah seorang pimpinan Ponpes Pabelan, KH Ahmad Mustofa, mengatakan, Kiai Hamam selama 28 tahun mengaktualisasikan dirinya melalui ponpes tersebut, berkomunikasi dangan berbagai kalangan, berpikir dan berkarya untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Pabelan, buah karya nyata Kiai Hamam, dan sekarang warisan kebaikannya diteruskan, kami memelihara yang baik dan mengambil yang baru, yang baik," katanya. Kini santri di Pabelan berjumlah sekitar 600 orang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mantan Ketua Muhammadiyah Syafi`i Ma`arif, mengatakan, Kiai Hamam adalah sosok reflektif, pendamai, dan orang yang selalu memerbaiki diri. Pewaris Pabelan, katanya, perlu melakukan pemetaan tentang berbagai pemikiran Kiai Hamam untuk kepentingan rekonstruksi Pabelan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008