Semarang (ANTARA News) - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Jawa Tengah berharap penurunan harga solar menyusul premium yang rencananya akan diturunkan per 1 Desember.

"Banyak UMKM yang mengeluhkan tingginya harga solar, karena banyak industri, nelayan, dan pedagang yang menggunakan solar," kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Jateng Abdul Sulhadi ditemui di kantornya Jalan Sisingamangaraja Semarang, Kamis (13/11).

Sulhadi mengatakan, penurunan harga premium akan lebih terasa dampaknya jika diikuti oleh penurunan tarif transportasi. Seharusnya wajar, saat harga premium naik organisasi pengusaha angkutan darat (Organda) meminta tarif angkutan naik, maka saat harga premium turun seharusnya ada pengertian juga dari Organda.

Ia menyebutkan, jumlah UMKM di Jateng sebanyak 3,6 juta dengan rincian mikro 85,5 persen, kecil 13,92 persen, dan selebihnya menengah. Dari jumlah UMKM tersebut dapat menyerap tenaga kerja sekitar 7,054 juta tenaga kerja.

Terkait permintaan kredit dari UMKM, Sulhadi menjelaskan, ada peningkatan tetapi pada saat bersamaan perbankan justru mengerem laju kredit. Namun kemudian tertolong lewat kredit usaha rakyat (KUR).

Realisasi KUR sampai Oktober 2008, debitur UMKM sebanyak 301.285 dengan realisasi kredit sebesar Rp1,32 triliun. Menurut Sulhadi, hal tersebut menjadi peluang bagi lembaga keuangan mikro, sebagai lembaga keuangan alternatif selain koperasi yang jumlahnya di Jateng mencapai 7.405.

"KUR banyak melayani UMKM yang gurem untuk kredit Rp5 juta ke bawah," katanya.

Ia menambahkan, prospek ekonomi tahun 2009 akan kondusif meskipun ada kelambanan tetapi tidak berdampak runyam seperti krisis ekonomi tahun 1998.

"Cukup kondusif karena adanya kebijakan pemerintah yang tepat waktu. Saat masyarakat diperkirakan ragu-ragu diperkenalkan lembaga penjaminan simpanan. Ada kenaikan batas penjaminan simpanan dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar," katanya.

Namun, ia berharap agar suku bunga BI-Rate tidak naik karena sekarang sudah tinggi 9,5 persen.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008