Washington, (ANTARA News) - Rogelio Reyes Cannady (36) bercita-cita ingin jadi sarjana hukum untuk mengangkat derajat hidupnya yang "serba sulit" di Texas. Tapi, tampaknya tidak mungkin untuk mewujudkan harapan itu. Cannady adalah seorang terpidana mati yang akan dieksekusi pada 19 November . Dia dihukum karena membunuh tiga orang pada tahun 90-an. Menjelang eksekusinya, Cannady menuliskan kesehariannya di suatu blog Internet berbahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa pengunjung blog-nya sudah lebih dari 17 ribu. "Saya bangun tidur dan lagi-lagi melihat pemandangan pintu baja yang dingin ini," tulis Cannady tanggal 24 September. "Saya tertegun menunggu hari saat negara mengambil nyawaku." Terkecuali ada hal yang tidak terduga-duga, Cannady akan mengakhiri 11 tahun penantiannya di penjara Death Row, Texas, dengan suntik mati yang akan membuatnya tidak sadar lalu jantungnya berhenti berdetak. Dia adalah salah satu dari tiga ribu lebih terpidana mati di 36 negara bagian AS. Cannady mulai menulis pada Agustus dengan mengirimkan catatan harian bertulis tangan kepada seorang temannya. Sang teman, Juan Palomo, kemudian memajang tulisan itu ke blog. Palomo paling tidak telah 30 kali mengunjungi Cannady dan menurut dia " dalam berbagai kesempatan dia menyampaikan penyesalan...mengenai caranya menjalani hidup, tentang kematian para korbannya dan penderitaan yang dialami keluarga korban maupun keluarganya," kata Palomo. "Dulu dia mengatakan bahwa kalau bisa memilih hukuman seumur hidup atau dihukum mati, dia pilih yang nomor dua," kata Palomo. Tapi sikap itu mungkin sudah berubah. "Saya tidak akan menyerah pada gagasan bahwa hidupku akan berakhir pada 19 November. Saya masih membayangkan masa depan...meski tidak selalu seperti ini," tulis Cannady pada tanggal 19 September. Saat topan Hurricane Ike menimpa Texas, Cannady menulis "saya senang sifat hujan yang membersihkan. Saya senang memandangi hujan turun dan lebih senang lagi kalau bisa kehujanan." Tulisan Cannady kontras dengan gambaran perbuatannya yang membunuh. "Ada jejak kaki di genangan darah maupun di korban yang berlumuran darah" ungkap fakta di pengadilan ketika itu. Cannady masuk penjara tidak lama setelah ulang tahunnya yang ke-18. Dia antara lain menikam mati seorang remaja pria berumur 16 tahun dan pacarnya yang berusia 13 tahun. Si gadis diketemukan dalam keadaan telanjang. Di penjara, dia menganiaya rekan satu sel dan dalam blognya dia menulis hal itu terjadi gara-gara si rekan mengajak berbuat mesum. Pernah juga dia menulis "Mereka bilang akan mengubah waktu pelaksanaan eksekusi tapi mereka tidak bilang hari kapan yang diubah. Lucu sekali." Tanggal 25 September dia menulis "Saya teringat seorang teman yang dieksekusi. Kata saksi, terpidana mati itu langsung tertidur begitu disuntik.Beberapa menit kemudian dia dinyatakan mati dan matanya terbuka tapi kedap-kedip." Penjara terpidana mati Death Row di Texas adalah yang terbanyak melaksanakan hukuman mati sebanyak 420 kali sejak tahun 1977. Menurut Amnesty International, negara terbanyak yang melaksanakan hukuman mati pada tahun 2007 adalah China (470), Iran (317), Saudi Arabia (143) and Pakistan (135) kemudian AS. Blog Cannady yang diberi nama "DeathWatchJournal Weblog" dapat dilihat di http://deathwatchjournal.wordpress.com/.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008