Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Vietnam, Pitono Purnomo, menilai bahwa Indonesia dan Vietnam perlu mendorong hubungan antar-pelaku usaha kedua negara guna meningkatkan nilai perdagangan dwi-pihak. "Walaupun perdagangan Indonesia dan Vietnam telah mencapai 2,5 miliar dolar AS namun hal ini belum mencerminkan potensi perdagangan kedua negara. Sampai Agustus 2008, perdagangan kedua negara baru mencapai 1,5 miliar dolar AS. Oleh karenanya, Indonesia dan Vietnam sudah waktunya untuk meningkatkan hubungan perdagangannya," kata Pitono, sebagaimana keterangan resmi Departemen Luar Negeri (Deplu) RI di Jakarta, Senin. Untuk lebih meningkatkan hubungan bisnis dan investasi, menurut diplomat karir Deplu RI itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Hanoi akan terus memfasilitasi, tidak hanya dalam hubungan antar pemerintah (G-to-G) tetapi juga hubungan antar-swasta (P-to-P), termasuk mempromosikan Indonesia di Vietnam Menurut dia, pengusaha Indonesia mengenal baik Vietnam, tetapi tidak sebaliknya. "Salah satu prioritas saya adalah meningkatkan saling pengertian dan kontak antara komunitas bisnis kedua negera," katanya. Mengenai kekhawatiran akan menurunnya investasi Indonesia di Vietnam yang kini menempati urutan ke-30 dengan jumlah 177,5 juta dolar AS, ia mengatakan bahwa investasi Indonesia di Vietnam sesungguhnya lebih besar daripada yang tercatat pada statistik karena perusahaan-perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Vietnam terdaftar di Singapura, maka investasi mereka dianggap sebagai investasi perusahaan Singapura. "Saya ingin tegaskan bahwa jumlah perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Vietnam terus bertambah," ujarnya. Pertamina, lanjut dia, akan bekerja sama dengan PetroVietnam untuk melakukan eksplorasi sumber-sumber minyak di zone-zone delimitasi dan saat ini Indonesia dan Vietnam berada pada tahapan untuk melakukan negosiasi pada Zone Ekonomi Eksklusif. Terkait dengan krisis ekonomi global, menurut Pitono, Indonesia dan Vietnam sebagai bagian dari masyarakat internasional, terutama anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sebaiknya secara terkoordinasi mengambil serangkaian langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis. Ia mengatakan bahwa krisis keuangan tahun 1997 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi negara-negara di kawasan. "Penundaan kebijakan dan minimnya koordinasi dalam mengatasi krisis telah menimbulkan dampak yang sangat serius dan berkepanjangan pada beberapa negara maupun kawasan," katanya. Menurut dia, tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi penurunan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, tetapi Pemerintah Indonesia akan melakukan diversifikasi pasar ke berbagai negara. "Indonesia akan mendorong ditingkatkannya perdagangan antar sesama negara anggota ASEAN, termasuk Vietnam," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008