Brisbane (ANTARA News) - Manajer Umum Garuda di Perth, Iskandar Basro, mengatakan, peringatan perjalanan (travel advisory) pemerintah Australia telah mendorong "cukup banyak" calon penumpang Garuda meminta penjadwalan kembali penerbangan mereka dari Perth ke Denpasar. "Dalam hal ini, kita mengikuti kebijakan `airlines` (maskapai-maskapai penerbangan) yang ada di Australia, yakni `me-rescheduling` (menjadwal kembali) tanggal keberangkatan para calon penumpang Garuda yang meminta hingga enam bulan ke depan," katanya kepada ANTARA, Selasa. Iskandar Basro mengatakan, permintaan sejumlah calon penumpang Garuda untuk "rescheduling" penerbangan mereka dari Perth terjadi pada November yang menjadi bulan eksekusi tiga terpidana mati kasus bom Bali 2002 hingga pertengahan Desember 2008. "Kita belum menghitung jumlah mereka (calon penumpang-red.) secara pasti, tapi kita kategorikan cukup banyak. Kelihatannya mereka bersikap `wait and see` (menunggu) kondisi keamanan. Kita perkirakan hal ini baru `recover` (pulih) antara dua dan tiga bulan mendatang," katanya. Sekitar enam bulan sebelum Amrozi, Ali Ghufron dan Imam Samudara dieksekusi 9 November lalu, Iskandar Basro pernah mengatakan kepada ANTARA bahwa penerbangan Garuda Indonesia dari Perth ke Denpasar sudah penuh hingga akhir tahun 2008. Kondisi itu menjadi bukti tingginya kepercayaan masyarakat Australia Barat pada Garuda dan Bali sebagai daerah tujuan wisata berkelas dunia yang letaknya relatif dekat dengan Perth, katanya. Sejak Desember 2006, Garuda melayani 17 kali penerbangan dari Perth. Dalam setiap penerbangan, jumlah penumpang, khususnya mereka yang turun di Denpasar, terus terisi penuh. Selama ini, Garuda yang melayani rute penerbangan Perth-Denpasar-Jakarta dengan jenis pesawat Boeing 737-800 berkapasitas 12 kursi kelas bisnis dan 144 kursi kelas ekonomi, katanya. Pengaruh negatif "travel advisory" level empat yang pembelakuannya kembali ditegaskan Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith beberapa hari menjelang eksekusi Amrozi Cs juga dirasakan Garuda Indonesia yang melayani rute penerbangan Darwin-Denpasar. Manajer Umum Garuda Indonesia untuk Australia Utara (NT), Syahrul Tahir, mengatakan, sejauh ini, pihaknya sudah menerima pembatalan dari dua grup siswa Australia yang hendak berlibur ke Bali untuk keberangkatan tanggal 3 November dan akhir November 2008. "Dua grup anak sekolah di Darwin yang membatalkan penerbangan mereka ke Bali ini berjumlah 24 orang," katanya. Selain mereka, sekelompok siswa Australia lainnya juga terpaksa membatalkan penerbangannya dengan Garuda ke Denpasar pada Desember 2008, kata Syahrul. Australia merupakan salah satu negara penyumbang turis asing yang besar untuk Bali. Sepanjang 2008, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menargetkan 380 ribu orang wisatawan Australia ke Indonesia, terutama Bali. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2007 yang tercatat 314.432 orang. Makna di balik peringatan perjalanan level empat itu adalah setiap warga Australia yang berniat berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia diminta untuk "mempertimbangkan kembali" rencana mereka itu karena alasan keamanan (ancaman terorisme). Australia kehilangan 88 warganya dalam insiden di Bali enam tahun lalu itu. (*)

Copyright © ANTARA 2008