Mekah (ANTARA News) - Para "Tamu Allah" yakni para calon haji (Calhaj) yang pada Rabu subuh waktu setempat atau 09.00 WIB tiba di Mekah, Arab Saudi, mengalami kekecewaan karena penginapan yang disiapkan ternyata kotor, dan bahkan lampunya gelap.

Sejumlah Calhaj asal Jawa Barat yang mengalami kekecewaan itu umumnya adalah yang ditempatkan di kawasan Zahir, Maktab 68 di pemondokan 908.

Kepada wartawan ANTARA mereka mengeluhkan kondisi pemondokan --yang meski berupa gedung bertingkat ala apartemen-- itu, namun kondisinya sangat kotor, seperti tidak dipersiapkan dengen semestinya.

"Masa kami baru tiba setelah menempuh perjalanan 10 jam dari Madinah, tiba di pemondokan di Zahir ini ternyata kondisinya kotor sekali. Lantai penuh debu dan tidak dibersihkan oleh pengelolanya," kata Ahmad Rifai, Calhaj asal Kabupaten Bogor yang berhaji dengan istrinya.

Calhaj lainnya, Harun Alrasyid mengatakan ketidaksiapan pemondokan itu, khususnya soal kebersihan, menjadi hal serius karena persiapan haji sebenarnya sudah lama, sehingga pemerintah Indonesia, terlebih Departemen Agama (Depag) tidak bisa lagi memberi argumen bahwa haji adalah kegiatan ibadah sehingga mesti melatih kesabaran.

"Haji-nya memang ibadah, tetapi manajemen penyelenggaraannya adalah soal manajemen yang dilakukan manusia, dan mestinya ada perbaikan karena diadakan setiap tahun," katanya.

la meminta agar Menteri Agama (Menag) langsung bisa membantu persoalan yang dialami para Calhaj tersebut karena berkaitan dengan soal mendasar.

Sementara itu, perkembangan hingga Rabu sore, di beberapa kamar di lantai 4 dan 6 pemondokan/rumah 908 pasokan air mulai mengecil.

Penurunan pasokan air itu mulai dari kucuran yang mengecil hingga sama sekali tidak keluar airnya.

"Wah...gawat, air di kamar saya mulai mati," kata M Syaibani, Calhaj di lantai 4.

"Sekarang kita sudah berebutan untuk mandi," tambahnya.

Menurut dia, kapasitas kamar mandi sangat kurang memadai, tidak ada almari, sarana dapur juga kurang optimal.

"Dari skala penilaian 1 hingga 10, nilai fasilitas di pemondokan nilianya hanya 3, jadi perlu ada perbaikan, entah dari pengelola atau panitia haji," kata praktisi teknologi informasi di Jakarta yang juga berhaji dengan istrinya.

Sedangkan Ir Helmi Alwaini, Calhaj yang juga seorang wiraswastawan melihat terjadi kontradiksi antara klaim yang disampaikan Depag bahwa penyelenggaraan haji makin baik, tetapi kenyataan di lapangan berbeda.

"Saya melihat ini tidak sekedar ketidakprofesionalan manajemen saja, tetapi sudah ada faktor penyimpangan, dan ini harus segera ditangani," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008