Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) akan menggunakan seluruh instrumennya untuk mengatasi gejolak rupiah yang  Kamis sore kembali  merosot sehingga masih bertengger di atas level Rp12.000 per dolar AS.

"Tadi dari BI menerangkan bahwa rupiah memang terkoreksi, tetapi bukan satu-satunya. Won Korea antara lain juga terkoreksi," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Anggito Abimanyu seusai rapat perkembangan situasi ekonomi terkini di Kantor Wapres di Jakarta, Kamis.

Hadir pada rapat yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut Menko Perekonomian Sri Mulyani, Gubernur BI Budiono, Kepala BUMN Sofyan Djalil, Kepala Bappenas Paskah Suzeta, Menaker Erman Soeparno, Menperin Fahmi Idris, dan Menteri PU Joko Kirmanto.

Permasalahan rupiah dibahas dalam rapat yang membicarakan empat poin, yaitu pemantauan kondisi ekonomi makro, bagaimana menggunakan APBN dalam rangka merespon krisis, bagaimana memanfaatkan perbankan, penerimaan pajak dan proyek-proyek infrastruktur untuk merepon krisis, serta kerjasama internasional, terutama dengan Timur Tengah.

Anggito juga mengatakan bahwa pada 2008 kondisi ekonomi aman dengan terdapat kelebihan penerimaan sebesar 105 persen di atas APBN Perubahan, dan belanja kementerian mencapai 90-95 persen dari APBN-P.

"Surplus itu untuk pembiayaan 2009," katanya.

Anggito juga mengatakan bahwa proyeksi realisasi defisit anggaran selama 2008 sekitar 1,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), turun dibanding target defisit dalam APBNP 2008 sebesar 2,1 persen dari PDB.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008