Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian/Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa saat ini nilai tukar rupiah tengah mencari titik equilibrium baru. "Kurs saat ini cari equilibirum baru, akan lebih cepat jika dibantu anda sekalian," kata Sri Mulyani dalam forum Investor Summit and Capital Market Expo 2008 di Jakarta, Selasa. Menurut dia, dengan kurs saat ini yang mencapai tingkat di atas Rp12.000 per dolar AS memang akan menyebabkan "imported inflation". Dengan nilai tukar yang melemah, Indonesia harus membayar impor yang lebih mahal. Namun menurut Sri Mulyani, imported inflation akan sedikit terkompensasi oleh penurunan harga minyak dunia yang terjadi saat ini. "Harga komoditas turun termasuk harga minyak dunia yang diikuti dengan penurunan BBM, ini akan mendorong adanya slowing down pada inflasi," kata Sri Mulyani. Menurut dia, mata uang di seluruh dunia mengalami depresiasi terhadap dolar AS, sehingga seluruh dunia sebenarnya sedang mencari equilibrium. "Kondisi saat ini menunjukkan seakan-akan dolar AS menguat, tetapi kalau dilihat dari kondisi perekonomian AS tidak mencerminkan kondisi yang menggembirakan," katanya. Sri Mulyani menyebutkan, dolar AS saat ini sebenarnya juga tengah mencari equilibrium baru, perekonomian AS sedang menuju ke bentuk yang baru, tetapi belum diketahui seperti apa bentuk barunya. Dikatakannya, dalam kondisi perekonomian yang sampai saat ini masih diwarnai dengan keringnya likuiditas, pemerintah berupaya menggelontorkan dana-dana dalam APBN untuk mendukung likuiditas di pasar. "Likuiditas itu untuk menggerakkan perekonomian, jangan sampai untuk spekulasi atau membeli valas yang tidak perlu," kata Sri Mulyani. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008