Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah belum akan merevisi target defisit anggaran 2009 sebesar Rp52,7 triliun atau 1,0 persen dari PDB, meskipun target pertumbuhan ekonomi baru saja direvisi menjadi 4,5-5,0 persen dari sebelumnya 6,0 persen. Deputi Pendanaan Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo di Jakarta, Rabu, mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan fakta bahwa belanja pemerintah akan menjadi andalan pertumbuhan ekonomi nasional di tengah hantaman krisis finansial global saat ini. "Karena  (pendorong laju perekonomian-red) yang lain belum menentu situasinya, baik ekspor maupun investasi," katanya. Menurutnya, pemerintah akan secara konsisten melakukan kebijakan intervensi pada ekonomi melalui seluruh instrumen yang mereka miliki (countercyclical measures) mengingat sulitnya berharap dorongan dari sektor swasta ke depan. "Paling tidak, kita akan mempertahankan target belanja pemerintah tahun depan," katanya. Ditanya kemungkinan meningkatkan defisit, Lukita menjelaskan bahwa hal itu pun harus mempertimbangkan kemampuan pembiayaan defisit pemerintah. "Itu tergantung dari kemampuan pembiayaan, tergantung dari hasil negosiasi dengan negara-negara donor kita," katanya. Untuk pembiayaan defisit 2009 dari pinjaman program, katanya, pemerintah tetap mengharapkan dari lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB), serta pinjaman bilateral dari Jepang dan Perancis. Untuk membiayai defisit anggaran pemerintah berencana menarik pinjaman program 2009 sendiri mencapai 2,9 miliar dolar AS, dan menerbitkan surat berharga negara neto sebesar Rp54,7 triliun. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008