Ketidakstabilan perekonomian global akan berdampak pada ketidakpastian harga minyak dunia
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Kota Malang diharapkan bisa melahirkan berbagai inovasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan kota terbesar kedua di Jawa Timur pada 2020.

Ekonom Universitas Brawijaya Malang Nugroho Suryo Bintoro mengatakan bahwa, jika para pemangku kepentingan tidak bisa mendorong lahirnya inovasi, maka dikhawatirkan laju perekonomian Kota Malang akan berada pada kisaran 4,61 persen.

"Jika tidak ada inovasi dalam mengembangkan perekonomian kota Malang, dikhawatirkan laju pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 4,61 persen, lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya," kata Nugroho, kepada ANTARA, di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis.

Nugroho menjelaskan, salah satu sektor yang perlu didorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Malang secara signifikan antara lain adalah, sektor konsumsi dan investasi. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat ketidakpastian ekonomi global masih membayangi.

Salah satu pemicu ketidakpastian perekonomian global antara lain adalah terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Kemudian, termasuk meningkatnya tensi antara Iran dengan Amerika dan Eropa.

"Ketidakstabilan perekonomian global akan berdampak pada ketidakpastian harga minyak dunia, sehingga memengaruhi kondisi perekonomian nasional juga Kota Malang," ujar Nugroho.

Kendati demikian, lanjut Nugroho, pada 2020 masih terdapat sektor-sektor yang berpotensi untuk tumbuh positif seperti sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, serta sektor jasa perusahaan.

Selain itu, menurut Nugroho, sektor lain yang diperkirakan mampu memberikan kontribusi pada kisaran 5-6 persen diantaranya adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, sektor konstruksi, dan sektor penyediaan akomodasi, serta sektor perumahan.

Pada 2018, pertumbuhan ekonomi Kota Malang tercatat sebesar 5,72 persen, dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp67,93 triliun (Atas Dasar harga berlaku/ADHb), dan Rp49,50 triliun (Atas Dasar Harga konstan/ADHk).

Sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil berkontribusi sebesar 31,37 persen, diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 23,04 persen dan sektor konstruksi sebesar 12,86 persen.

Untuk sektor lainnya, juga memberikan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang, namun kurang dari sepuluh persen. Sementara untuk sektor transportasi dan pergudangan mengalami laju pertumbuhan cukup baik yakni sebesar 13,63 persen.

Baca juga: Sektor perdagangan bakal topang pertumbuhan ekonomi Kota Malang
Baca juga: Pasar Seni Bareng diharapkan jadi destinasi wisata baru Kota Malang


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020