Jakarta (ANTARA News) - Industri periklanan pada 2009 diperkirakan akan tetap tumbuh setidaknya 20 persen, meskipun dampak krisis keuangan mulai dirasakan dunia usaha.

"Industri periklanan tidak pernah menurun, karena di tengah krisis sekalipun pasti ada bisnis yang tetap berkembang," kata Aloysius Adji Wartono, Presiden Direktur Dwi Sapta Grup, di Jakarta, Kamis.

Dwi Sapta merupakan perusahaan periklanan berusia 27 tahun yang sukses mengembangkan bisnis iklan dengan konsep layanan "integrated marketing communications" (IMC)

Usai peluncuran bukunya berjudul "Advertising That Makes Money", Adji menjelaskan belanja iklan tahun 2007 mencapai sekitar Rp30 triliun, dan diperkirakan pada tahun 2008 mencapai sekitar Rp35 triliun.

Tren belanja iklan dalam 10 tahun terakhir selalu tumbuh sekitar 18-20 persen.

Demikian halnya pangsa pasar iklan, menurut Adji, media televisi masih akan mendominasi pasar iklan yang mencapai 50 persen, disusul media cetak/print 30 persen, 10 persen media radio, sedangkan media luar ruang sekiatar 10 persen.

Meski begitu, Adji tidak menyebutkan sektor bisnis yang terbesar dalam menggelontorkan dana untuk beriklan.

Menurutnya, sangat tergantung jenis merek, misalnya otomotif. Iklan mobil yang harganya mahal mungkin akan turun, tetapi iklan mobil dengan kelas menengah bawah tren iklannya bisa saja meningkat karena permintaan masyarakat meningkat karena harganya terjangkau.

"Industri jamu, di tengah krisis keuangan mungkin menjadi perusahaan yang banyak beriklan karena produksinya tidak menggunakan bahan baku impor. Berbeda dengan obat farmasi akan berpikir untuk belanja iklan," ujarnya.

Sedangkan perusahaan rokok, bisa saja iklan media televisi menurun tetapi iklan luar ruang (outdoor) dan iklan sponsorship akan lebih digencarkan untuk menarik minat konsumen.

Dengan demikian ujarnya, tren iklan tetap tergantung situasi dan bagaimana kejelian konsep IMC yang dijalankan masing-masing perusahaan dengan agen iklan.

Terkait dengan pesta politik Pemilu 2009, Adji mengatakan, dunia iklan juga akan semakin marak ditandai dengan besarnya belanja iklan masing-masing partai politik.

Namun ia tidak berani menargetkan berapa besar kontribusi iklan parpol terhadap total belanja iklan secara nasional.

Adji hanya menjelaskan, yang penting dalam kondisi seperti sekarang ini perusahaan iklan lokal seharusnya mendapat porsi yang lebih besar yang disesuaikan dengan kreativitas mengemas sebuah kampanye.

Dwi Sapta merupakan perusahaan iklan lokal berdiri 27 tahun silam dan telah menangani sekitar 60 merek dan menjadi pemimpin pasar antara lain Djarum Coklat, Jamu Tolak Angin, Bodrex, Telkomsel, Ceres, Top1, Vegeta, Adem Sari, Fatigon, Mixagrip, Soffell, Biskiut Selamat, Supradin.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008