London (ANTARA News) - Perdana Menteri Manmohan Singh menuduh satu kelompok yang memiliki "kaitan eksternal" berada di balik serangan teror yang menewaskan lebih dari 100 orang di Mumbai. Kalimat sang PM ini mengingatkan orang pada hari-hari tergelap hubungan India-Pakistan manakala India senantiasa melihat tangan Pakisan di balik semua serangan militan, menyebut kelompok-kelompok teror itu dikembangbiakan oleh dinas intelijen Pakistan (Inter-Service Intelligence atau ISI) untuk membalaskan dendam kekalahan Pakistan dalam Perang Indo-Pakistan 1971. Serangan terhadap parlemen India pada Desember 2001 telah mendorong mobilisasi massa di sepanjang perbatasan kedua negara dan hampir mengantarkan mereka berperang untuk keempatkalinya dalam sejarah kedua negara. Saat itu India menuduh serangan itu didalangi oleh dua kelompok militan Kashmir Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Mohammed yang memiliki hubungan dengan Alqaeda dan berbasis di wilayah Kashmir Pakistan. Kedua kelompok itu dihubungkan dengan "serangan fedayen" dalam mana para penyerang yang tidak ragu menjadi pembom bunuh diri, bersedia bertempur samai mati seperti terlihat di Mumbai. Apakah Serangan Mumbai menyiratkan sinyal maut untuk apa yang secara bertahap disebut dapat memanaskan hubungan Pakistan dengan India? Pakistan mengutuk serangan Mumbai seperti mereka lakukan ketika orang-orang bersenjata menyerang parlemen India pada 2001 dan konteks Pakistan sekarang sangat berbeda dari tahun 2001 karena negeri ini tidak lagi diperintah junta militer namun oleh presiden baru dari kalangan sipil, Asif Ali Zardari, yang jelas-jelas menyatakan ingin berdamai dengan India dalam soal Kashmir. Namun komentar PM Singh baru-baru ini yang disiarkan luas oleh televisi secara nasional benar-benar diluar kebiasaannya yang selalu bertutur lembut. "Ada bukti bahwa kelompok yang melakukan serangan-serangan ini berbasis di luar India, datang dengan satu tujuan pasti yaitu menciptakan malapetaka di pusat bisnis negeri kita," kata Singh. "Kita akan mengambil langkah-langkah sangat tegas untuk menjamin bahwa tidak akan ada lagi serangan-serangan teroris seperti itu. Kita tak segan untuk mengambil langkah-langkah apapun yang dianggap perlu untuk menjamin keselamatan dan keamanan rakyat kita." Kalimat yang sangat keras dari Singh ini mungkin dibakar oleh luasnya skala Serangan Mumbai dan ini bisa tertuju pada Pakistan atau Bangladesh yang juga sering dituduh India sebagai sarang kelompok-kelompok militan. Ucapan keras ini mirip dengan nada bicara pendahulu PM Singh, Atal Behari Vajpayee, yang mengemukakan komentar keras setelah serangan terhadap parlemen India pada 2001 dengan mengingatkan Pakistan bahwa kesabaran India sudah keluar dari batas. Komentar keduanya berbeda dengan reaksi India terhadap serangan bom yang menewaskan setidaknya 63 orang di kota bagian barat India, Jaipur, awal tahun ini, di mana saat itu pemerintah India berupaya keras tidak mengeluarkan kalimat yang menuduh keterlibatan Pakistan. Jadi, apakah komentar Singh ini sebagai upaya yang disengaja untuk merongrong hubungan India-Pakistan? Jika demikian, apa akibatnya terhadap demokrasi sipil Pakistan yang retak? Zardari telah mempertaruhkan reputasinya dengan berdamai dengan India lewat memperkuat hubungan dagan dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan perekonomian Pakistan. Semua jawaban itu tergantung pada bagaimana langkah Sigh selanjutnya yang memang didesak untuk mempertontokan sikap yang tegas dalam rangka menghadapi Pemilu Mei 2009 di India. (*) Sumber: Reuters

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008