Brisbane (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengharapkan anak-anak dosen yang kini mengambil program magister dan doktoral di Australia atas beasiswa Depdiknas dapat dibebaskan dari kewajiban membayar uang sekolah seperti halnya anak-anak mahasiswa Indonesia penerima beasiswa pemerintah Australia.

Harapan itu disampaikan Kabiro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Depdiknas Agus Sartono dalam penjelasannya kepada ANTARA News, Jumat, sehubungan dengan hasil pertemuan delegasi Depdiknas RI dan Depdiknas Australia di Canberra baru-baru ini.

Agus Sartono mengatakan, anak-anak dari para mahasiswa Indonesia yang menerima beasiswa pemerintah Australia dapat belajar di sekolah negeri dimana mereka berdomisili tanpa dipungut biaya, sedangkan anak-anak dari dosen perguruan tinggi negeri/swasta penerima beasiswa Depdiknas tidak mendapatkan kesempatan yang sama.

"Isu ini sangat penting dan kita meminta komitmen pemerintah Australia untuk memberikan perlakuan yang sama. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi, tentu menjadi disincentive dan akan mendiscourage (mengecilkan semangat-red.) para penerima beasiswa untuk belajar di Australia," katanya.

Agus Sartono memandang hal ini sebagai "masalah krusial" yang harus diselesaikan agar hubungan kerja sama pendidikan kedua negara dapat berjalan dengan baik. "Mestinya hal ini dapat dimasukkan sebagai bagian dari komitmen pemerintah Australia untuk memperbesar beasiswa," katanya.

Ia mengatakan, Australia adalah salah satu dari 32 negara yang menjadi tujuan 1.886 orang dosen perguruan tinggi negeri dan swasta penerima beasiswa Depdiknas untuk melanjutkan studi ke jenjang magister dan doktoral pada 2008.

"Perlu diketahui bahwa dari jumlah itu, ada 262 orang dosen yang menempuh program gelar dan 148 orang dosen yang menempuh program sandwich di berbagai universitas di Australia," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008