Herat, Afghanistan (ANTARA News) - Sekitar 200 gerilyawan Taliban menyerang konvoi besar logistik di Afghanistan, menyulut pertempuran yang menewaskan 12 prajurit kepolisian dan militer Afghanistan, kata sejumlah pejabat, Jumat. Kelompok gerilyawan itu menyerang konvoi lebih dari 70 kendaraan Kamis ketika rombongan tersebut mengangkut persediaan musim dingin bagi polisi dan tentara di provinsi Badghis, Afghanistan barat, kata beberapa pejabat daerah. Pertempuran itu berlangsung tiga jam dan penyerang juga merebut sekitar 20 kendaraan angkatan darat dan polisi, termasuk truk-truk yang membawa barang, kata mereka. "Tentara dan polisi Kamis mengangkut pakaian musim dingin dan barang-barang yang dibutuhkan oleh pasukan kami ketika konvoi itu diserang oleh kelompok 200 Taliban," kata Jendral Fazal Ahmad Saiar, perwira tinggi Tentara Nasional Afghanistan (ANA). "Tujuh anggota ANA tewas, 10 cedera dan enam orang hilang. Tidak diketahui apakah mereka ditangkap oleh Taliban atau berada di seuatu tempat," kata Saiar, pejabat dari komando wilayah barat angkatan darat. Pasukan militer pimpinan NATO segera melancarkan serangan-serangan udara dan informasi menyebutkan bahwa sekitar 40 penyerang tewas dan cedera, kata Saiar. Polisi mengatakan, lima aparat mereka tewas dalam pertempuran itu, sementara 13 lain cedera dan delapan orang masih hilang. Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengkonfirmasi terjadinya pertempuran dan mereka diminta membantu. Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka. Tahun ini Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk di antara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun ini. Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut. Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008