Bangkok, (ANTARA News) - Sejumlah personel polisi bersenjata senapan serbu M-16, Jumat malam, digelar di Bandar Udara Internasional Suvarnahbhumi, Bangkok, yang diduduki oleh kelompok anti-pemerintah Alian Rakyat bagi Demokrasi (PAD).

Di luar bandar udara Don Muang, kendaraan lapis baja militer juga ditempatkan. Beberapa menit sebelumnya, Biro Polisi Metropolitan mengeluarkan pernyataan darurat pertamanya, dan meminta pemrotes meninggalkan Bandar Udara Don Muang secepatnya.

Sementara itu, Sondhi Limthongkul, pemimpin utama PAD, mengatakan kepada pemrotes PAD takkan pernah menyerah dan berunding dengan polisi guna mengeluarkan pemrotes dari Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi serta Bandar Udara Don Muang.

"Para pemimpin PAD takkan pernah berunding dengan polisi," kata Sondhi kepada kerumunan orang di Wisma Negara.

Komisaris-Jenderal Polisi Thailand Jenderal Phatcharawat Wongsuan, Jumat, dicopot sebagai Kepala Polisi Nasional dan dipindahkan ke posisi tak aktif di kantor perdana menteri.

Pemerintah menunjuk Inspektur Jenderal Polisi Jenderal Prateep Tanprasert sebagai Komisaris-Jenderal Polisi sementara.

Penggantian Phatchawat terjadi kurang dari 24 jam setelah polisi dipaksa melancarkan operasi darurat guna membubarkan pemrotes anti-pemerintah dari Bandar Udara Suvarnabhumi dan Bandar Udara Don Muang, Bangkok, keduanya telah ditutup akibat protes.

Harian lokal The Nation melaporkan, "Tak terhindari, pencopotan itu menghidupkan kembali desas-desus mengenai kudeta militer, sementara spekulasi merebak mengenai apakah Kepala Staf Angkatan Darat Anupong Paochinda akan menjadi orang berikutnya yang akan dipindah."

Angkatan Darat telah memperlihatkan keengganan untuk terlibat dalam aksi drastis terhadap PAD (People's Alliance for Democracy), kata media massa tersebut, terutama menurut pernyataan darurat yang diumumkan oleh Perdana Menteri, Kamis malam, peran Angkatan Darat sangat terbatas dalam penerapannya.

Suasana pada Jumat malam tegang di Bangkok, terutama di kedua bandar udara yang dibajak oleh pemrotes anti-pemerintah, setelah pemerintah mengumumkan keadaan darurat di kedua bandar udara tersebut.

Jumat pagi, dua grana M79 dilontarkan ke kantor pusat stasiun televisi satelit ASTV, corong gerakan anti-pemerintah PAD.

Dalam serangan sekitar pukul 01:50 Jumat tersebut (01:50 WIB), para penyerang tiba dengan menggunakan satu perahu, kendaraan tradisional di sungi, untuk menembakkan senapan serang ke belakang gedung kantor psuat ASTV selama sekitar lima menit sebelum menjauh dengan cepat, demikian laporan The Nation di laman Internetnya.

Serangan itu, kata The Nation, tampaknya ditujukan untuk meledakkan piringan transponder satelit di atap bangunan.

Petugas keamanan ASTV tampaknya sudah menduga terjadinya upaya untuk menghancurkan piringan tersebut dan menggunakan jaring untuk melindunginya dari bom. Granat meledak di lantai empat, sehingga merusak dan mengguncang kaca jendela di gedung itu.

Seorang pembaca berita ASTV, Natthawut Mirmark, menderita luka di tangan karena terkena pecahan kaca.

Polisi belakangan menahan Pornchai Sanguapoj (41), seorang penjaga keamanan ASTV untuk ditanyai setelah ia kedapatan membawa pistol. Pornchai mengatakan ia sedang melepaskan tembakan balasan ke arah para penyerang, ketika polisi tiba di lokasi kejadian.

Beberapa jam kemudian, terdengar dua rangkaian tembakan di Bandar Udara Domestik Don Muang, yang dikepung oleh pemrotes PAD sejak Kamis.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008