Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan inflasi Desember tidak akan mencapai satu persen menyusul turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) premium.

"Penurunan premium sangat instan pengaruhnya terhadap inflasi itu 8,3 persen. Bobot premium dalam inflasi 4,3 persen dengan demikian bisa diperkirakan akan ada pelambatan inflasi sebesar 0,35 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman di Jakarta, Senin.

Menurut dia, selama Desember tidak akan terjadi deflasi karena masih ada tekanan dari meningkatnya permintaan barang menjelang hari raya Natal dan tahun baru.

"Tidak akan terjadi deflasi karena masih ada pengaruh dari barang dan jasa lain. Kalau barang dan jasa yang lain `flat` (tidak naik atau turun) bisa deflasi karena penurunan harga premium,"jelasnya.

Meningkatnya permintaan barang menjelang hari raya Natal dan tahun baru itu diperkirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi karena tidak sebesar permintaan saat bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri.

"Jadi ada kenaikan dari tekanan `demand` tapi ada perlambatan dari penurunan harga premium. Belajar dari Desember 2007 yang inflasinya 1,2 persen, maka Desember ini (2008) inflasinya akan di bawah 1 persen,"ujarnya.

Penurunan harga premium Rp500 per liter menjadi Rp5.500 per liter berlaku mulai 1 Desember 2008 ini.

BPS mencatat laju inflasi Novpember 2008 sebesar 0,12 persen, laju inflasi tahun kalender 11,10 persen dan inflasi tahunan 11,68 persen.

"Penyediaan bahan pokok terutama pangan cukup memadai sehingga untuk pertama kalinya terjadi deflasi dalam bidang pangan,"tutur Rusman.

Menurut dia, selama bulan November, produksi dan penyediaan bahan pokok sangat memadai, tidak ada gejolak harga beras, migor dan lain-lain.

"Inflasi November sangat rendah antara lain karena harga-harga komoditas dunia yang turun, seperti migor yang tiga bulan terakhir terus turun sehingga kebutuhan CPO untuk dalam negeri mudah dipenuhi," katanya.

Rusman juga mengatakan, hingga saat ini belum ada pengaruh inflasi akibat penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Di sisi lain impor barang konsumsi dan bahan baku juga turun sehingga pengaruh depresiasi kurs terhadap inflasi belum ada," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008