Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah masih mengkaji kemungkinan turunnya harga solar menyusul melemahnya harga minyak dunia, namun penurunan tidak serta merta ditetapkan sebesar Rp500 hingga Rp1.000 per liternya seperti penurunan harga premium.

"Kita tidak bilang akan di angka Rp500 hingga Rp1.000, tapi kita akan lihat dulu penurunan itu kalau memang penurunan lebih besar lagi ya tidak ada masalah, kalau memang lebih kecil lagi juga tidak ada masalah," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro.

Setelah membuka sebuah seminar di Gedung Setjend ESDM di Jakarta Selasa, Purnomo mengatakan, penurunan harga solar yang mungkin akan ditetapkan Januari 2009 mendatang itu kini tengah dikaji.

"Untuk menentukan besaran penurunan harga solar, pemerintah masih harus menyesuaikan dengan Indonesian Crude Price (ICP), kurs dan komponen pajak yaitu pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB)," katanya.

Purnomo mengatakan, pemerintah akan terus melakukan evaluasi harga premium, solar, dan kerosen. Penurunan harga premium sudah mulai berlaku sejak 1 Desember 2008, sementara untuk solar sedang dievaluasi.

Sebelumnya, pemerintah menurunkan harga jual bahan bakar jenis premium per 1 Desember 2008 menjadi Rp 5.500 dari Rp 6.000 per liter. Pada Mei lalu harga premium naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter.

Sejumlah pihak memperkirakan penurunan harga solar yang paling cepat berlaku mulai 1 Januari 2009 akan berkisar turun Rp500 atau Rp300, sehingga harga solar bulan depan kemungkinan menjadi Rp5.000 atau Rp5.200 seliternya.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008