Jakarta, (ANTARA News) - Pemerintah akan mematok harga solar bersubsidi maksimal Rp5.500 per liter, seperti halnya premium yang ditetapkan paling tinggi Rp6.000 per liter.

"Harga solar ditetapkan maksimal Rp5.500 per liter," kata Dirjen Migas Departemen ESDM Evita Legowo usai rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, meski harga solar internasional mengalami kenaikan cukup tinggi, harga solar bersubsidi di dalam negeri akan ditetapkan maksimal Rp5.500 per liter.

Menutut Evita, kajian penurunan harga solar akan berbeda dengan premium.Sebab, sekarang ini, harga solar keekonomian masih di atas subsidi, sedang premium sudah berada di bawah subsidi.

"Kalau saya melihat dari sisi keekonomian yakni ICP dan kurs, maka sampai saat ini harga solar bersubsidi belum bisa turun, karena masih di atas harga keekonomian," katanya.

Menurut dia, dengan harga minyak mentah (Indonesia crude price/ICP) yang pada 2 Desember 2008 mencapai 46,32 dolar AS per barel, maka harga solar keekonomian masih Rp6.064 per liter.

Ia menambahkan, perhitungan harga BBM bersubsidi akan melihat harga ICP dan kurs dari tanggal 25 sampai tanggal 26 bulan berikutnya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka Jakarta, Senin (1/12) mengatakan, pemerintah tengah mengitung penurunan solar bersubsidi.

Presiden berharap penurunan harga solar akan semakin meringankan beban
rakyat setelah per 1 Desember 2008, pemerintah menurunkan harga premium
bersubsidi.

Pemerintah melalui Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2008 tertanggal 28 Nopember 2008 memutuskan untuk menurunkan harga premium bersubsidi dari Rp6.000 menjadi Rp5.500 per liter mulai 1 Desember 2008 pukul 00.00 WIB.

Sedang, harga solar dan minyak tanah bersubsidi diputuskan tetap masing-masing Rp5.500 dan Rp2.500 per liter.

Perubahan harga premium bersubsidi tersebut terkait dengan penurunan harga minyak mentah di pasar dunia.

Harga minyak mentah dunia terus merosot dari posisi 147 dolar AS per barel pada pertengahan Juli 2008 dan kini sudah berada di level 50 dolar AS per barel.

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008