Jakarta (ANTARA News) - Industri kosmetika diperkirakan tetap tumbuh 5,7 persen pada tahun ini, meski di akhir tahun dampak krisis keuangan global mulai dirasakan di beberapa sektor industri.

"Tahun 2008 industri kosmetik tetap ada pertumbuhan, sekitar 5,7 persen," kata Kasubdit Program Direktorat Industri Kimia Hilir Departemen Perindustrian, Sudarto, di Cikarang, Rabu.

Menurut Sudarto, dari 724 perusahaan kosmetik yang ada, 23 di antaranya perusahaan besar yang relatif tahan menghadapi krisis keuangan global. Sementara dari 701 perusahaan kosmetik berskala menengah dan kecil, sebagian ada yang sudah menghentikan produksi.

"Yang banyak terkena dampak krisis kebanyakan yang skala menengah-kecil. Belum tahu berapa banyak yang tutup, kami baru coba mendata," ujar dia.

Menurut dia, konsumsi kosmetik di tanah air dapat dikatakan mengalami peningkatan, rata-rata konsumsi dari tahun 2003 hingga 2007 mengalami peningkatan sebesar 14,7 persen, sedangkan produksi meningkat rata-rata 12, 22 persen.

"Industri kosmetik memang termasuk industri padat karya. Total pegawai yang terserap di industri ini kira-kira 15.000 orang," katanya.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan, kontribusi industri kosmetik di tanah air cukup baik bagi pertumbuhan industri maupun perkembangan ekonomi. Industri ini mampu menyedian kesempatan kerja cukup besar baik langsung maupun tidak langsung.

Menurut Fahmi, produk yang banyak dikonsumsi wanita tersebut penggunaannya memang berkurang akibat terkena dampak krisis keuangan global, tetapi tidak fatal karena lebih banyak terserap oleh pasar lokal.

"Yang fatal ya yang diekspor. Kalau ini (produk kosmetik Unilever) kebanyakan untuk pasar lokal, jadi tidak begitu terkena dampak krisis," katanya usai meresmikan pabrik kosmetik baru milik PT Unilever Indonesia Tbk di Cikarang.

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Maurits Lalisang sendiri mengatakan, pabrik barunya yang merupakan terbesar di Asia mempekerjakan 1.000 pegawai dan 60 persen adalah wanita.

Menurut dia, dari seluruh pabrik Unilever di Indonesia, termasuk delapan di antaranya yang memproduksi alat-alat kosmetik mampu menyerap 300.000 tenaga kerja langsung dan 25.000 tenaga kerja tidak langsung. Sekitar 1,2 juta jiwa menggantungkan hidup kepada perusahaan tersebut.

Produk kosmetik dari pabrik baru yang dibangun dengan dana Rp500 miliar yang memproduksi 53.000 ton "skin care" tersebut rencananya akan diekspor ke beberapa negara Asia, ujar dia, termasuk diantaranya India, Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, Pakistan, Filipina.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008