Jakarta (ANTARA) - Vietnam sudah menyiapkan diri memegang posisi Keketuaan ASEAN tahun 2020 dan akan melaksanakan berbagai kegiatan termasuk menetapkan priotitas dengan mewarisi prestasi-prestasi yang dicapai negara-negara anggota perhimpunan Asia Tenggara ini.

Bagi Hanoi, menjadi ketua bergilir bukan hal baru. Sejarah menunjukkan negara anggota ASEAN ini telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam menyelenggarakan konferensi-konferensi besar sebagai ketua bergilir ASEAN 1998 dan 2010, serta ketua APEC 2017.

Tahun 2020 memiliki arti penting bagi ASEAN yang beranggota 10 negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Vietnam. Ini menandai peninjauan jangka menengah Rencana Induk Komunitas ASEAN 2015-2025, sementara Vietnam akan merayakan ulang tahun ke-25 sebagai anggota perhimpunan ini.

Lebih dari itu negara yang pernah terpecah menjadi dua ini menunjukkan prestasi-prestasinya di bidang pembangunan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan tertinggi dan jumlah investasi asing yang meningkat. Solidaritas dan dukungan bagi keketuaannya dibutuhkan untuk memajukan ASEAN yang sudah berdiri sejak tahun 1967 ke tahap lebih lanjut untuk menciptakan kesejahteraan, stabilitas dan perdamaian di kawasan.

Di tengah-tengah situasi regional dan global yang berkembang dewasa ini, dan berdasarkan persyaratan dan tugas-tugas membangun Komunitas ASEAN, Vietnam memilih tema “Kohesif dan Responsif” bagi Keketuaan ASEAN 2020. Mengapa kedua unsur tersebut ditonjolkan dan adakah saling terkait dan komplementer?

Keketuaan Vietnam di ASEAN tahun 2020 ditandai oleh situasi internasional yang rumit dan memiliki banyak faktor yang tak menguntungkan. Misalnya ekonomi dunia, perdagangan global melambat, peningkatakan kompetisi dan ketegangan perdagangan di antara kekuatan-kekuatan ekonomi utama, harga emas naik, harga minyak mentah berfluktuasi tajam, risiko di pasar internasional naik. .

Selain itu situasi di Semenanjung Korea yang sangat panas, sementara situasi di Laut China Selatan mengkhawatirkan.

Dengan capaian pertumbuhan ekonomi dalam dua tahun terakhir di atas 7 persen, Vietnam mengajak seluruh anggota ASEAN menjadikan perhimpunan bangsa di Asia Tenggara ini merupakan platform kebijakan luar negeri bersama.

Kenyataannya beberapa negara anggota ASEAN cenderung pragmatis, menitikberatkan pada urusan dalam negeri, daripada menekankan pada peran ASEAN sebagai organisasi regional. Dengan keketuaannya, Vietnam ingin menekankan dan memperkuat posisi ASEAN sebagai entitas sentral dan peran sentral dalam hubungan dengan kekuatan-kekuatan utama.

Di bidang ekonomi, negara-negara anggota ASEAN termasuk Vietnam tumbuh makin kuat dan perlu terintegrasi untuk berkompetisi dengan China dan India dengan meningkatkan daya tarik bagi para investor asing.

ASEAN yang kohesif adalah sebuah keniscayaan untuk memelihara stabilitas regional. Di masa lalu kawasan Asia Tenggara telah menjadi objek pertarungan dan perebutan pengaruh antara kekuatan-kekuatan. Persatuan ASEAN jangan sampai tergoyahkan bahkan terkoyak akibat kekuatan-kekuatan besar berusaha mempengaruhi negara-negara anggotanya.

Tiap anggota tidak cukup kuat untuk berdiri sendiri di muka planet bumi. Para anggota blok ini akan jauh lebih kuat dan suaranya bersatu di hadapan kekuatan-kekuatan besar jika mereka bersatu. Dengan demikian ASEAN akan semakin terpercaya dalam mengatasi semua isu di Asia Tenggara dan momentum ekonomi ASEAN tidak akan diganggu oleh ketidakstabilan di kawasan.

Hari ini ASEAN tentu harus memiliki suara bersama dengan kekuatan-kekuatan, untuk bersatu. Suara yang sama dalam menangani isu-isu internal guna menjamin stabilitas regional. Diharapkan tak ada lagi suara yang membuat organisasi ini terbelah akibat pengaruh faktor eksternal.

Tentu semua anggota ASEAN menginginkan kawasannya stabil untuk meneruskan pertumbuhan ekonomi.

Setelah Vietnam, keketuaan ASEAN berikutnya ialah Brunei dan Kamboja, dua negara yang jauh lebih kecil dan tidak selalu memiliki pengaruh besar di kawasan, sementara Hanoi jauh lebih aktif. Karena itu banyak harapan diberikan kepada Vietnam untuk memimpin organisasi selama tahun 2020.

Terkait RCEP (The Regional Comprehensive Economic Partnership), sejumlah negara telah mencapai perjanjian pada KTT lalu, kecuali India. India diharapkan dapat berperan serta dalam 2020 jika para pihak yang berunding dapat menyetujui isu-isu yang diangkat India. Tokyo mengatakan jika India tidak berpartisipasi, Jepang tidak akan ikut perjanjian ini.

Bagi Vietnam ini merupakan tantangan besar dalam usaha membujuk India dan Jepang ikut berperan serta dalam perjanjian RCEP. Hanoi yang sudah memperlihatkan kelihaiannya dalam diplomasi ekonomi memiliki keyakinan kedua negara tersebut akan turut serta dalam perjanjian RCEP.

Vietnam sudah terlibat dalam perundingan dan penandatangan perjanjian-perjanjian FTA (Free Trade Asea) dan adalah satu pihak dalam TPP (Trans-Pacific Partnership). Hal ini terkait dengan pembukaan ekonomi kepada dunia luar dan berperan serta dalam proses globalisasi sebagaimana ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan ekonominya yang sangat tinggi selama beberapa tahun belakangan ini. Bagi India, pintu-pintunya bagi perdagangan dan bisnis diharapkan dibuka lagi dengan terlibat dalam globalisasi.

Hal lain yang patut dicatat ialah 2020 menandai tahun kelima implementasi Visi Komunitas ASEAN 2025. Karena itu di antara periode 2015-2025 adalah saat yang tepat untuk menilai kemana arah Komunitas ASEAN bergerak. Diharapkan selama keketuaannya, Vietnam meraih prestasi-prestasi yang lebih besar.

ASEAN Responsif

Hal penting lainnya ialah ASEAN yang responsif untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan cepat di lingkungan eksternal, khususnya e-commerce. Mangubah Komunitas Ekonomi ASEAN menjadi pusat produksi dunia adalah bagian dari usaha Vietnam sebagai ketua bergilir nanti untuk mempromosikan pengembangan ekonomi dan intra e-commerce.

Akan terjadi banyak perubahan di Asia Tenggara, di Pasifik. Misalnya, pemilihan presiden di Amerika Serikat dan Brexit yang akan mempengaruhi komunitas internasional. Setidaknya ASEAN tidak hanya fokus menangani urusan-urusan di dalam kawasan tetapi juga proaktif menghadapi perubahan-perubahan di luar kawasan.

Memang beberapa negara anggota ASEAN mempunyai masalah-masalah di dalam negeri yang harus mereka atasi. Contohnya masalah Rohingya di Myanmar dan perang melawan obat bius di Filipina.

Ujian demi ujian telah dan sedang dihadapi ASEAN. Kenyataan bahwa perhimpunan ini tetap eksis dan berkembang selama bertahun-tahun memperlihatkan kekuatan organisasi ini. Pertanyaan besarnya ialah apa yang ASEAN dapat lakukan pada 2020 dan berikutnya dan bagaimana menghadapi tantangan-tantangan baru?

ASEAN memerlukan pemimpin dan tiba giliran Vietnam untuk menduduki posisi Keketuaan ASEAN 2020. Karena itu Vietnam akan memainkan peran penting sebagai Ketua ASEAN untuk memelihara solidaritas, membantu meningkatkan reputasi ASEAN sebagai organisasi regional di depan masyarakat internasional.

*) Mohammad Anthoni adalah wartawan senior, bekerja sebagai wartawan LKBN ANTARA tahun 1990 sampai 2019.
 

Copyright © ANTARA 2020