Mekkah (ANTARA News) - Pelayanan katering bagi sekitar 210.000 haji asal Indonesia selama di Arafah dan Mina (Armina) hingga 9 Desember 2008 (11 Zulhijjah) secara umum berjalan lancar. Bahkan di beberapa maktab terjadi kelebihan pasokan makanan.

Kepala Pusat Informasi Keagamaan dan Kehumasan Departemen Agama, Drs. Masyhuri AM, M.Pd menjelaskan hal itu kepada ANTARA di Mekkah, Selasa (9/12), sekaligus meluruskan berita yang dimuat ANTARA sehari sebelumnya.

Kendati demikian, Masyhuri mengakui sempat terjadi sedikit keruwetan di Maktab 68 akibat antrian agak panjang terjadi saat makan siang pada tanggal 8 Desember (10 Zulhijjah).

Menurut Masyhuri, setelah ANTARA menyiarkan berita tanggal 8 Desember melalui kanal Jurnal Haji di portal antara.co.id, pihaknya dan sejumlah pejabat Departemen Agama kebanjiran SMS dari Tanah Air yang menanyakan kebenaran berita tersebut.

Masyhuri mengaku sangat kaget karena sejauh ini dalam pantauan Panitia  Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) maupun pengawas pelayanan katering Armina yang ditunjuk Depag berjalan sangat lancar dan memuaskan.

Bahkan di beberapa maktab terjadi kelebihan pasokan makanan. Pihak PPIH juga tidak pernah menerima laporan keluhan yang krusial dari jemaah soal katering.

Demikian pula ketika Menteri Agama RI Muhammad M. Basyuni mengunjungi beberapa maktab jemaah haji pada Senin malam kemarin dan bertemu sejumlah ketua kloter, tidak didapati keluhan mengenai kesemrawutan pelayanan katering.

Sebaliknya, Menteri Agama banyak menerima ucapan selamat dari para jemaah. Sebagai rasa syukur, Menteri Agama bahkan menggundul kepalanya bersama sejumlah wartawan dan jemaah haji di Mina.

Meski begitu, Masyhuri bersama sejumlah pejabat Depag dan wartawan langsung memantau pelayanan katering Mina pada Selasa pagi. Lagi-lagi ia tidak menemukan adanya kesemrawutan.

Berdasarkan fakta tersebut, Masyhuri terdorong bertanya langsung berita tanggal 8 Desember tersebut kepada Direktur Utama ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf yang juga sedang menunaikan ibadah haji.

Ahmad Mukhlis mengakui, penulisan judul berita salah seorang wartawan yang melekat di kloter tersebut bisa dinilai berlebihan dan cenderung menimbulkan generalisasi yang tidak tepat.

Berita "Pelayanan Katering di Mina Kacau" isinya hanya melaporkan sedikit kesemrawutan di Maktab 68 yang menampung sekitar 2.800 jemaah pada Senin siang (8/12), dibandingkan dengan total jemaah haji Indonesia yang sekitar 210.000 orang.

"Judulnya itu yang membuat kami semua merasa terkejut. Padahal jemaah di Mina tenang dan proses haji hampir selesai. Saya sarankan untuk lain kali agar lebih proporsional dalam membuat berita," kata Masyhuri.

Menurut Ahmad Mukhlis Yusuf, ANTARA juga sudah menurunkan berita lanjutan pada Selasa pagi tentang fakta perbaikan layanan Katering di Maktab 68 tersebut.

Pembongkaran Bangunan

Kendati prosesi haji, termasuk layanan katering, dapat dibilang lancar hingga berita ini disiarkan, Masyhuri tidak menutup mata terhadap masih adanya beberapa hal yang kurang maksimal dalam pelayanan jemaah haji tahun ini, terutama soal pemondokan dan transportasi.

Sumber utama ketidakmaksimalan itu bermula dari pembongkaran sekitar 1.300 pemondokan di sekeliling Masjidil Haram oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia guna memperluas masjid suci tersebut, yang tiap tahun mengalami peningkatan kunjungan.

Padahal, pemondokan yang dibongkar itu dulunya sebagaian besar merupakan akomodasi jemaah haji asal Indonesia.

Akibat pembongkaran sekitar 1.300 pemondokan itu, hanya sekitar 18% dari total jemaah haji Indonesia yang pada musim haji tahun ini menempati wilayah Ring 1 atau paling dekat dengan Masjidil Haram.

Sementara sebagian besar berada di Ring II dan Ring III yang berjarak cukup jauh dari Masjidil Haram, bahkan ada yang lebih dari 10 km.

Seperti efek domino, soal jarak pemondokan ini kemudian memunculkan persoalan pelik lain, terutama trasportasi bagi jemaah. Pasalnya, jemaah dari negara lain juga mengalami persoalan yang hampir sama.

Maka, ribuan bus disewa untuk melayani transportasi jutaan haji dari seluruh dunia dari masing-masing pemondokannya ke Masjidil Haram. Persoalan berikut yang muncul jelas jalan-jalan macet total karena jalanan kota Makkah tidak mampu menampung keberadaan ribuan bus jemaah.

Akibatnya, pelayanan transportasi bagi jemaah tidak semuanya dapat berjalan lancar. Selain itu, beberapa tempat pemondokan yang disewa juga kurang maksimal dalam memberikan layanan air, AC, maupun MCK (mandi, cuci, kakus).

Masyhuri menambahkan, semua persoalan yang muncul selama penyelenggaraan ibadah haji pada musim haji tahun 1429H/2008M ini akan dievaluasi, termasuk kesigapan petugas dalam melayani jemaah maupun mencari tempat pemondokan. "Hasil evaluasi itu akan menjadi masukan berharga untuk perbaikan pada musim haji tahun depan," katanya. (*)

Editor: Guntur Mulyo W
Copyright © ANTARA 2008