Surabaya (ANTARA News) - Pengurus Persebaya Surabaya memutuskan tidak merasionalisasi kontrak dan gaji pemain, tapi menjual tujuh dari 27 pemainnya untuk mengurangi beban operasional klub dalam mengikuti kompetisi divisi utama putaran II. Pernyataan itu disampaikan Ketua Harian Persebaya Cholid Goromah kepada wartawan usai mengadakan pertemuan dengan jajaran pengurus dan manajemen tim di Surabaya, Kamis. "Kami memutuskan tidak ada rasionalisasi kontrak dan gaji, tapi rasionalisasi kami lakukan terhadap pemain," katanya didampingi Manajer Tim Persebaya Indah Kurnia, Asisten Manajer Saleh Hanifah dan Bendahara Hendri Suhariyanto. Cholid menegaskan bahwa keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan faktor teknis dan nonteknis. Secara teknis, penjualan tujuh pemain itu tidak sampai mengurangi kekuatan tim secara keseluruhan dan pertimbangan nonteknis adalah meringankan keuangan klub. Sebelum keputusan ini diambil, pengurus sebenarnya sudah menawarkan opsi rasionalisasi untuk sisa kontrak sebesar nol hingga 22 persen. Namun, pemain menolak opsi tersebut dan hanya bersedia sisa kontraknya dipangkas maksimal lima persen. Cholid Goromah mengaku terpaksa mengambil keputusan sepihak ini, karena tidak ada kata sepakat dengan pemain. "Keputusan ini sudah final dan segera disampaikan kepada pemain dan pelatih. Soal siapa tujuh pemain yang kena rasionalisasi, belum kami putuskan karena masih akan dibahas lebih lanjut dengan manajemen tim. Tapi gambarannya sudah bisa diketahui," katanya. Informasinya, pemain yang dijual adalah yang memiliki nilai kontrak dan gaji besar, tapi kontribusinya terhadap tim sangat minim. Beberapa nama yang beredar di kalangan wartawan diantaranya striker Purwanto yang sejak dua bulan absen karena mengalami cedera lutut parah. Kemudian kiper Kurnia Sandy yang lebih sering dicadangkan karena penampilannya terus menurun. Selain itu, masih ada penyerang Rustanto Sri Wahono yang juga sangat jarang masuk skud tim inti. Nama penyerang asal Brasil, Jairon Feliciano juga masuk salah satu daftar rasionalisasi. Apalagi dalam beberapa hari terakhir, Jairon sudah "kabur" dari Mes Persebaya, karena kecewa gajinya selama dua bulan belum dibayar. "Yang pasti, penjualan tujuh pemain tidak menyalahi aturan kontrak dan membuat keuangan Persebaya lebih "survive`. Mereka (tujuh pemain) akan kita carikan klub baru dengan ketentuan yang disepakati bersama," tambah Cholid tanpa merinci berapa besar pengeluaran yang dihemat dari penjualan tujuh pemain itu. Selama beberapa bulan terakhir, manajemen Persebaya mengalami defisit keuangan hampir Rp900 juta per bulan dari total pengeluaran sekitar Rp1,163 miliar. Sebanyak Rp644 juta dari pengeluaran itu untuk membayar gaji 27 pemain dan satu pelatih serta tiga asistennya. Cholid Goromah menambahkan untuk ke-20 pemain yang tidak terkena rasionalisasi, pembayaran sisa kontrak yang seharusnya selesai dalam enam bulan kedepan, akan dibayar selama 10 bulan. "Jadi, setelah kompetisi berakhir, pemain tetap akan mendapatkan pembayaran gaji sampai lunas," jelasnya. Sejumlah pemain Persebaya yang dikonfirmasi wartawan mengaku lega dengan keputusan tidak adanya rasionalisasi kontrak, tapi juga berdebar-debar menunggu kejelasan nasibnya. "Syukurlah kalau rasionalisasi tidak jadi dilakukan, tapi siapa kira-kira tujuh pemain yang akan dijual nanti," kata gelandang Persebaya, Putu Gede. Setelah melego tujuh pemain, manajemen Persebaya berencana merekrut sejumlah pemain hasil binaan kompetisi internal untuk menopang kekuatan tim inti.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008