Bangkok,  (ANTARA News)- Kementerian luar negeri Thailand  menerbitkan surat protes kepada majalah Economist atas dua artikel yang muncul dalam edisi 6-12 Desember mengenai topik sensitif monarki Thailand, kata para pejabat, Jumat.

"Surat itu akan dimuat dalam edisi mendatang Economist," kata jurubicara Kemlu Tharit Charungvat, yang menulis surat itu.

Walaupun majalah itu tidak secara resmi dilarang, para distributor Economist pekan lalu tidak mengimpor edisi minggu terakhir Economist yang memuat dua artikel mengenai monarki dengan judul "A right royal mess" dan "The King and them."

"Saya sangat kaget dengan pandangan sempit Economist dan sikap merendahkan orang lain," kata Tharit dalam suratnya ke redaktur majalah itu.

"Dalam usaha meluruskan pernyataan yang tidak benar, dua tulisan anda itu cenderung membenarkan tulisan seorang wartawan Amerika tentang raja Thailand  dan menafsirkan kejadian untuk persekongkolan spekulasi yang tidak berdasar, sementara membuang fakta-fakta penting yang ada," tambahnya mengacu pada buku yang kontroversial berjudul The King Never Smile yang ditulis Paul Handley.

Buku Handley  dan artikel Economist  berjudul "A right royal mess," menyatakan Raja Bhumibol Adulyadej, yang adalah kepala negara, secara aktif ikut campur tangan dalam politik Thailand dalam puluhan tahun belakangan ini.

Berdasarkan kerajaan konstitusional Thailand raja memiliki sedikit kekuasaan politik.

Kendatipun dilarang buku karangan Handley yang diterbitkan tahun 2006 segera setelah Raja Bhumibol memperingati ulang tahun ke 60 ia naik tahta, telah dibaca luas oleh para ilmuwan dan wartawan di Thailand.

Kecaman terbuka tentang raja itu jarang terjadi di Thailand, yang memiliki undang-undang yang ketat tentang kejahatan terhadap kekuasaan tinggi negara di mana yang membuat fitnah terhadap raja atau keluarga raja  sebagai kejahatan  yang dapat dikenakan hukuman penjara. Penerapan undang-undang itu  jarang  dilakukan selama beberapa tahun belakangan ini.

Raja Bhumibol dalam pidato ulang tahunnya  4 Desember 2005  mengecam undang penghinaan terhadap kekuasaan tinggi dari negara  dan mengaku ia seharusnya tidak kebal dari kecaman.

"Raja itu pada tahun 2005  mengatakan ia tidak kebal terhadap kecaman. Tetapi kedudukannya  yang di atas politik  tidak membuatnya mungkin menanggapi setiap pernyataan politik atau tuduhan terhadapnya  termasuk yang dimuat oleh Economist," kata Tharit.

Raja Bhumibol berusia 81 tahun 5 Desember 2008. Ia membatalkan pidato malam ulang tahunnya  karena sakit. Raja Bhumibol adalah raja yang paling lama berkuasa di dunia.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008