Sungailiat, Bangka (ANTARA News) - Produksi ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sungailiat mengalami penurunan cukup drastis, karena sebagian besar nelayan tidak melaut menyusul gelombang tinggi hingga tiga meter dalam sepekan terakhir. Petugas informasi Pelabuhan Perikanan (PPS) Sungailiat, Rianto Yuswara, di Sungaliat, Minggu, menjelaskan, produksi ikan di TPI Sungailiat pekan ini hanya 5.502 ton dari biasanya produksi normal mencapai 9.500 ton. Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga akhir Pebruari 2009. Seperti biasanya, menurut dia, berkurangnya jumlah produksi ikan di TPI Sungailiat, berdampak pada kenaikan harga ikan di pasaran yaitu harga tertinggi ikan tenggiri papan dijual Rp44.000/kilogram dan harga terendah Rp38.000/kilogram. Ikan pari harga tertinggi Rp11.000/kilogram dan harga terendah Rp9.000/kilogram, bawal hitam harga tertinggi Rp24.000/kilogram dan terendah Rp20.000/kilogram. Rianto mengatakan, berkurangnya serta mahalnya harga ikan dipengaruhi oleh musim terang bulan serta gelombang air laut mencapai tiga meter yang mengakibatkan kapal nelayan yang rata-rata berkapasitas hanya tiga sampai lima 5 GT(Gross Ton) tidak berani melaut. Sementara Benu salah satu pedagang ikan di Pasar Senggol Sungailiat, mengatakan, kalau pada musim gelombang tinggi dan bulan terang seperti sekarang ini ikan yang dijual di pasar didatangkan dari luar Kabupaten Bangka antara lain dari daerah Toboali Bangka Selatan. "Ikan biasanya tiba di Sungailiat pada malam hari karena jarak tempuh mencapai empat jam perjalanan menggunakan mobil dari Toboali Bangka Selatan ke Sungailiat (Kabupaten Bangka). Ikan yang dibawa beraneka macam disesuaikan dengan kemampuan daya beli pelanggan. Kondisi krisis sekarang saya tidak berani membawa ikan yang banyak paling banyak 500 kilogram karena khawatir tidak habis dijual dan membusuk sehingga menderita kerugian. "Musim krisis sekarang ini pelanggan kami kalau membeli ikan tidak terlalu banyak,paling banyak dua kilogram," ujarnya. Murianti salah seorang ibu rumah tangga mengatakan,saya tidak punya uang untuk membeli ikan yang banyak,paling banyak dua kilogram, padahal sebelum krisis minimal tiga kilogram. "Kondisi krisis saat ini sangat dirasakan bagi para ibu rumah tangga,karena penghasilan suami kami hanya buruh di kebun karet orang yang hasilnya tidak seberapa sejak harga karet turun drastis di pasaran," demikian Murianti.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008