Cirebon (ANTARA News) - Sejumlah sampah sampai menggunung di beberapa Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kota Cirebon, Senin, akibat tidak diangkut truk sampah yang terpaksa berhenti beroperasi karena tidak bisa masuk ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kopi Luhur di Argasunya, Kota Cirebon.

Sudah tiga hari terakhir truk tidak bisa masuk ke lokasi pembuangan sehingga sampah tampak berserakan keluar dari bak besi yang disediakan seperti terlihat di TPS LP Kesambi, TPS Kesambi, TPS Kalibaru, TPS Sudarsono, dan TPS Dukusemar.

Sejumlah pengendara yang melintasi TPS itu harus rela menutup hidung karena bau sampah sudah menyebar dalam radius 50 meter.

Seperti diketahui, sejumlah warga menolak kedatangan truk sampah ke TPA Kopiluhur karena rembesan air sampah di musim hujan sudah memasuki pemukiman di bawahnya, bahkan sudah mencemari sumur penduduk antara lain di Kampung Sumur Hoe, Cadas Ngampar, Sumur Wuni dan Warga Kopi Luhur sendiri.

Su`eb, salah seorang aktifis dari Forum Silaturahmi Kota Wali (FOS KAWAL) yang mendukung protes warga mengatakan, sejumlah tempat yang sudah mulai merasakan dampak rembesan air sampah tersebut seperti air sumur yang berbau sampah dan bau sampah yang menyebar luas menganggu ketenangan warga.

"Air sumur jadi bau sampah dan tidak bisa digunakan untuk mencuci apalagi untuk minum. Bau sampah juga sudah masuk sampai ke rumah mengurangi kenyamanan warga," katanya,ujar Sueb.

Wanto, warga Sumur Wuni juga mengeluhkan penempatan sampah yang sudah di luar batas yang disediakan karena truk membuang sampah tidak masuk ke areal pembuangan sampah yang dibatasi oleh tembok, tetapi hanya ditumpukkan di pinggir jalan.

"Lokasi sampah berada di atas, sementara pemukiman penduduk ada di bawah, akibatnya jika sampah dibuang sembarangan, air sampah yang coklat dan kehitaman meluber ke pemukiman dan menimbulkan bau tidak sedap," katanya.

Berdasarkan pantauan ANTARA, sebenarnya sudah ada buldozer yang terus bekerja menggiring sampah ke lokasi semestinya sehingga air rembesan tertahan tembok pembatas, namun karena musim hujan tumpukan sampah semakin banyak akibat tidak ada aktifitas pembakaran sampah.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008