Virus corona akan menjadi berita utama yang diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi global dan China, tetapi kami berharap ada rebound IHSG akibat IHSG berada di support 5.939. Tetapi melihat tekanan indeks global akibat wabah virus korona yang
Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ke depan masih akan tertekan di bawah level 6.000 akibat sentimen wabah virus corona.

"Virus corona akan menjadi berita utama yang diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi global dan China, tetapi kami berharap ada rebound IHSG akibat IHSG berada di support 5.939. Tetapi melihat tekanan indeks global akibat wabah virus korona yang menyebar dengan cepat, IHSG sangat mungkin turun kembali pada pekan ini," ujar Hans di Jakarta, Minggu.

Berita utama pekan lalu di pasar keuangan dunia dan Indonesia masih seputar virus corona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan epidemi virus corona sebagai darurat global.

Wabah virus tersebut sudah mengakibatkan 200 orang lebih meninggal dunia dan menginfeksi hampir 10.000 orang. Kecepatan penyebaran virus menjadi perhatian.

Pasar dunia sempat pulih di tengah pekan setelah WHO mengumumkan darurat kesehatan global akibat Virus Corona. WHO tidak merekomendasikan pembatasan perjalanan ke China dan menyampaikan China memiliki situasi yang terkendali.

Hal tersebut menimbukan optimisme bahwa perekonomian China dan global tidak akan terlalu terganggu akibat virus corona. Di belahan dunia lain, langkah penanggulangan sudah dilakukan di AS di mana Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah memerintahkan karantina semua orang yang dipulangkan dari China ke sebuah pangkalan udara di California.

Pelemahan bursa Wall Street sedikit tertahan juga karena Direktur CDC Robert Redfield menyatakan dampak risiko virus corona terhadap publik AS tergolong rendah.

"Kami perkirakan dampak Virus Corona akan lebih besar dibanding wabah SARS sebelumnya yang menewaskan 800 orang di tahun 2002 sampai 2003. Waktu itu penanggulangan wabah SARS membutuhkan dana kurang lebih 33 miliar dolar AS. Situasi saat ini berbeda karena China punya perekonomian yang sangat besar, maka kemungkinan butuh dana yang lebih besar dan akan menganggu ekonomi dunia," kata Hans Kwee.

Baca juga: Kemenhub tunda sementara penerbangan dari dan ke China

Baca juga: BKPM: Virus corona berdampak pada investasi langsung China-Indonesia

Baca juga: Erick Thohir puji kecepatan BUMN bantu WNI di China cegah Virus Corona


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020