Kuala Lumpur (ANTARA News) - Eminent person group (EPG) atau kelompok orang terpelajar Indonesia-Malaysia akan menyerahkan rekomendasinya pada Januari 2009 kepada masing-masing kepala pemerintahan setelah beberapa kali diadakan pertemuan. "Ini merupakan pertemuan terakhir dan Januari 2009 nanti, kami mengharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada masing-masing kepala pemerintahan untuk ditindaklanjuti dengan kebijakan-kebijakan," kata juru bicara EPG Indonesia Musni Umar, di Kuala Lumpur, Senin. EPG Indonesia-Malaysia akan bertemu lagi, ke-4 kalinya, di Cyberjaya, Selangor. Pertemuan dua hari, 22-23 Desember 2008. Try Sutrisno selaku ketua EPG Indonesia bersama anggota EPG lainnya juga sudah tiba di KBRI Kuala Lumpur. "Dari berbagai pertemuan, kami membahas berbagai isu misalkan masalah tenaga kerja, imigrasi, pendidikan, media, dan politik. Singkat kata pendekatan dari `people to people`," kata Musni. Dari berbagai pertemuan dan dialog, "Kami melihat ada banyak salah paham, salah persepsi, saling curiga dan saling tidak percaya antara masyarakat Indonesia-Malaysia. Salah satu penyebabnya ialah adanya kesenjangan generasi. Banyak generasi muda yang kurang paham sejarah hubungan Indonesia-Malaysia bahwa begitu kuatnya hubungan masyarakat yang punya banyak kesamaan baik agama, bahasa, dan budaya," tambah dia. "Generasi muda kedua negara ini saat ini melihat seolah-olah tidak ada hubungan erat dan baik antara Indonesia-Malaysia pada masa lampau, padahal sebaliknya sangat erat dan dekat," katanya. Oleh sebab itu diharapkan, kedua EPG dapat merumuskan hasil-hasil pertemuan kemudian menyerahkan rekomendasi yang sama kepada masing-masing kepala pemerintahan. Indonesia-Malaysia pada awal tahun 2008 sepakat membentuk EPG untuk memberikan masukan bagaimana kedua masyarakat saling erat, bersahabat dan makin meningkat rasa persaudaraannya. Hasil pertemuan EPG ini kemudian diberikan kepada masing-masing kepala pemerintahan. Jika rekomendasi diberikan pada Januari 2009 maka genap hampir satu tahun EPG sudah bisa menghasilkan rekomendasi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008