Beijing  (ANTARA News) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ginandjar Kartasasmita menilai China saat ini tidak lagi menjadi ancaman ideologis bagi Indonesia, sekalipun negara tersebut sampai kini masih menganut paham komunis.

"Saya melihat China tidak lagi merupakan negara yang memiliki ancaman bagi Indonesia untuk penyebaran ideologi komunis, sehingga hubungan kedua negara tidak ada masalah," kata Ginandjar, di Beijing, Selasa.

Ginandjar bersama sejumlah anggota DPD berada di Beijing untuk melakukan pertemuan secara terpisah dengan Ketua Kongres Rakyat Nasional (NPC)  China Wu Bangguo, Ketua Badan Konsultasi Politik Rakyat China (CPPCC) Jia Qinglin, Wakil Ketua Komite Nasional CPPCC Bai Lichen, serta Ketua Komite CPPCC Kotamadya Beijing Yang Anjiang.

Kunjungan Ginandjar dan rombongan selanjutnya Selasa (23/12) dilanjutkan ke Kunming, ibukota Provinsi Yunan, China selatan, untuk bertemu dengan pimpinan CPPCC Yunan dengan tujuan untuk saling tukar pikiran dan pengalaman antar parlemen daerah kedua negara.

Menurut Ginandjar, China tentunya sadar dan paham betul bahwa zaman sekarang ini penyebaran ideologi komunis ke sejumlah negara sudah tidak relevan lagi, sehingga sangat tidak mungkin China akan mengembangkan komunis ke negara-negara lain, termasuk ke Indonesia.

"Secara politik ancaman Indonesia dari China tidaklah ada, apalagi sampai adanya keinginan menyebarkan komunis ke Indonesia. Saya melihat itu sudah tidak ada relevansinya lagi di masa sekarang," tegas Ginandjar.

Terus meningkatnya kerjasama politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya hingga ekonomi, dinilai tidak akan dijadikan China untuk melakukan penyebaran paham ideologinya ke Indonesia.

Selain itu dengan terus meningkatnya saling mengunjungi para pejabat tinggi pemerintahan, negara dan bahkan masyarakat antara kedua negara juga merupakan bukti bahwa hubungan Indonesia-China adalah saling membutuhkan dan menguntungkan.

Ancaman, katanya lebih lanjut, justru dari bidang ekonomi yakni dengan makin banyaknya berbagai produk China yang "membanjiri" pasar Indonesia sehingga banyak pula produk lokal yang terdesak oleh produk impor.

Baik Indonesia dan China saat ini sama-sama kuat memproduksi sepatu, tekstil dan produk tekstil, hingga mainan anak-anak, sehingga untuk produk-produk tersebut seringkali terjadi "perang" antara kedua negara.

Meskipun demikian, katanya, hal itu sebaiknya justru bisa memicu kedua negara untuk bisa saling meningkatkan hubungan perdagangan, yang antara lain bisa saling melengkapi dan membutuhkan. (*)

Copyright © ANTARA 2008