Prioritas utama nasional adalah memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dalam upaya meningkatkan investasi sedang menggodok formula pengaturan tarif energi baru terbarukan (EBT) yang ditargetkan selesai pada semester pertama 2020, kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana.

"Kita menyusun aturan tarif EBT, untuk mencapai bauran energi sekaligus meningkatkan investasi, semester 1 2020 ditargetkan siap," kata Rida Mulyana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tarif listrik dari pembangkit EBT nantinya tidak lagi pada bergantung pada besaran biaya pokok penyediaan (BPP) namun akan diramu menjadi lebih ekonomis serta sederhana.

Penyusunan tarif tersebut ditujukan untuk menarik minat para investor serta mancapai target bauran energi. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan porsi dari pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) akan ditargetkan sebesar 13,4 persen pada tahun 2020.

"Prioritas utama nasional adalah memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas," ungkap Arifin.

Beberapa program nasional yang akan dijalankan oleh Kementerian ESDM mengarah kepada pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri serta pemanfaatan energi lokal yang bersih. Salah satu menargetkan porsi EBT dalam bauran energi mencapai 13,4 persen pada tahun 2020.

Porsi ini akan mengalami peningkatan hingga 19,5 persen pada tahun 2024. Bertahap pada 2021 mencapai 14,5 persen, 2022 mencapai 15,7 persen dan 2023 mencapai 17,9 persen. Arifin juga berharap berharap pada tahun 2020 ini, realisasi pembangkit EBT yang beroperasi bisa bertambah.

"Kami menargetkan kapasitas pembangkit EBT pada tahun ini juga bisa bertambah menjadi 700 MW," ujar Arifin.

Secara rinci, Kementerian ESDM merancang penambahan tersebut di tahun ini yakni bertambah 700 MW menjadi 10.843 MW. Selanjutnya kapasitas pembangkit listrik energi hijau ini akan naik 1.000 MW menjadi 11.843 MW pada 2021, terus bertambah menjadi 13.743 MW pada 2022, kemudian 15.543 MW pada 2023, dan mencapai 19.243 MW pada 2024.

Baca juga: Direksi PLN jelaskan target rasio EBT kepada Komisi VI DPR
Baca juga: PLN dorong inovasi EBT sektor komersial dan industri

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020