Atambua (ANTARA News) - Pimpinan Pondok Pesantren Almujahirin Atambua, H Kamali menyatakan, penyelenggaraan peringatan tahun Baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah di Kabupaten Belu, Atambua, NTT, berlangsung damai. "Meskipun penyelenggaraan 1 Muharram 1430 Hijriyah itu diwarnai hujan lebat, tetapi umat Islam di daerah ini tetap melaksanakannya dalam kedamaian, dan tidak ada gangguan apapun," katanya di rumahnya, Atambua, Senin. Dikatakan, perayaan peringatan tahun Baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah itu sudah menjadi "tradisi", yang setiap tahun selalu dipusatkan di Kompleks Mesjid Pondok Pesantren yang dipimpimnnya sejak 16 tahun yang lalu. Berbagai kegiatan yang dilakukan, dengan melibatkan umat Islam di Atambua, selalu memanjatkan doa dan ungkapan terima kasih kepada Allah atas tuntutannya sepanjang tahun. "Dalam setiap akhir tahun dan awal Tahun Baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah, kami berdoa sehingga perjuangan atas kemajuan agama, kemajuan pereskomian keluarga dan terlebih perjuangan melawan hawa nafsu," katanya. Mengenai perjuangan kemajuan agama, Kamali menyatakan, berkat hubungannya yang baik dengan segenap pimpinan agama di daerah ini, kemanjuan agama Islam di Atambua, cukup lumayan. Kalau sebelumnya, mesjid yang sekarang dipimpinnya itu masih bersifat musollah, tetapi saat ini telah diijinkan menjadi Mesjid, dimana umat Islam dapat melaksanakan ibadah salat berjamaah pada hari Jumat. Demikian dengan pembangunan pondok pesantren yang ada. Jumlah santrinya saat ini berkisar lebih dari 100 orang, dan yang menetap mondok hanya 15 orang, sesuai dengan kemampuan fasilitas yang ada. Diharapkan pada masa-masa mendatang, fasilitas yang dibutuhkan, dapat lebih ditingkatkan, karena hingga saat ini pihaknya telah dijanjikan oleh Departemen Sosial akan mendapatkan bantuan bagi santri, baik biaya lauk pauk dan juga bantuan buku serta meja belajar. Menjawab pertanyaan wartawan, Kamali menyatakan bahwa perjuangan yang terberat itu menyangkut masalah hawa nafsu. Meskipun Nabi Muhammad dan sahabat dengan kekuatan 300 tentara terlibat dalam perang besar melawan ribuan orang kafir, dan menang. Hal itu belum seberapa dibandingkan dengan menghadapi peperangan melawan hawa nafsu. Karena itu, Nabi kepada para sahabat telah menyatakan bahwa perang badar yang baru dimenangkan itu belum seberapa dibandingkan dengan peperangan melawan hawa nafsu. "Dan kita dalam sepanjang hidup di dunia ini dituntut untuk senantiasa berjuang melawan hawa nafsu, yang dapat menyebabkan umat Islam jatuh dalam dosa," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008