Nikosia (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Sekelompok dokter relawan dan pekerja bantuan internasional meninggalkan pelabuhan Larnaca di Siprus selatan, Senin malam, menuju Jalur Gaza yang sedang terkepung, dengan membawa berton-ton pasokan medis yang sangat diperlukan rakyat Palestina yang menghadapi serangan udara Israel.

Mereka berlayar naik kapal Dignity, yang telah mengangkut bantuan kemanusiaan dalam beberapa bulan belakangan ke Jalur Gaza, dalam pembangkangan terhadap blokade Israel.

Para pekerja hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional itu berasal dari Siprus, Australia, Irlandia, Inggris, Tunisia dan Amerika Serikat, kata Gerakan Gaza Bebas yang berpusat di AS.

Tiga dokter Siprus berencana menjadi relawan di beberapa rumah sakit lokal jika mereka dapat sampai ke Jalur Gaza.

"Kami akan berusaha mengangkut sedikitnya tiga ton bantuan medis tapi kelihatannya jumlahnya terlalu banyak untuk ukuran perahu tersebut. Dalam setiap kasus, kami akan membawa barang yang paling diperlukan," kata Eleni Theocharous, ahli bedah dan anggota parlemen Siprus.

Ia mengatakan mereka mengetahui bahwa perahu itu mungkin dicegat oleh tentara Israel. Jika tidak, Dignity dapat tiba di Jalur Gaza, Selasa dini hari.

Cinthya McKinney, wanita mantan anggota Kongres AS, juga ikut dalam kapal tersebut.

"Ada waktu ketika bungkam untuk tak terlibat dan tak-bertindak, (sebuah sikap yang) tak dapat diterima lagi," demikian antara lain isi siaran pers penyelenggara perjalanan itu.

Mereka menyebut operasi yang dilakukan Israel sebagai pembantaian militer terhadap penduduk sipil di Jalur Gaza, tempat lebih dari 330 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas oleh serangan udara Israel dan lebih banyak lagi menderita luka parah.

Pesawat tempur Israel telah membom gedung Kementerian Dalam Negeri yang dikelola HAMAS, serangan udara pertama dengan target bangunan pemerintah dalam serangan Israel, kata satu kelompok Palestina.

HAMAS menyatakan satu serangan udara Israel menghancurkan satu bangunan laboratorium di Islamic University, lambang budaya penting HAMAS.

Israel telah menuduh HAMAS "menggunakan instalasi tersebut untuk membuat bahan peledak dan senjata".   (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008