Jakarta (ANTARA News) - PDI Perjuangan (PDIP), Partai Demokrat (PD) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), melampui Partai Golkar (PG) dalam pemilihan publik untuk DPR (2009-2014) sesuai hasil survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) pada 24 November - 3 Desember 2008 dengan 1.355 responden di 33 provinsi.

Dalam diskusi Evaluasi Akhir Tahun Puskaptis dan Prediksi 2009 di Jakarta, Selasa, Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yazid mengatakan, PDIP dalam survei mendapat angka 24,30 persen, PD (19,44 persen), PKS (14,21) dan PG (11,96), sedang yang menjawab rahasia (21,87), PAN (3,18), partai lain (1,87), PKB (1,68), PPP (0,56), golput (0,37), PBB (0,37) dan PDS (0,19).

Menurut Husin, PDIP urutan I, antara lain karena faktor isu sembako murah yang menjadi iklan politik sehingga mendongkrak popularitas partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu, sedang PD sebagai pendukung utama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menduduki urutan II, karena faktor pencitraan partai itu yang disokong kebijakan populis pemerintah SBY, seperti penurunan harga BBM, bantuan tuani angsung (BLT) kepada penduduk miskin dan penegakan hukum.

Sedangkan, PG yang merosot suaranya dalam survei itu, karena responden belum merasakan program nyata dari partai pemenang Pemilu 2004. Ketua Umum PG Jusuf Kalla yang kini menjabat Wapres oleh publik belum dipersepsikan bahwa PG telah memberikan kebijakan yang menyentuh rakyat banyak.

Husin mengungkapkan, berdasar survei tersebut bahwa 22,64 persen responden mengharapkan perubahan di bidang ekonomi, seperti kebutuhan pokok yang murah, 21,52 persen responden berharap ketersediaan lapangan pekerjaan, 21,52 persen responden berharap perubahan di bidang kesejahteraan, 14,38 persen responden berharap perubahan di bidang pendidikan, dan 14,37 persen responden berharap di bidang kesehatan.

Sedangkan perbaikan d bidang pertanian, sosial dan hukum masing-masing didukung 2,5 persen, 1,94 persen dan 1,46 persen responden.

Hasil survei tentang kriteria capres/cawapres yang diinginkan responden, yakni kemampuan/kompetensi (27,80 persen), pengalaman (22,49 persen), integritas (17,61 persen), figur/popularitas calon (15,67 persen), asal profesi calon (12,02 persen) dan dukungan partai (4,40persen).

Sementara hasil survei tentang penilaian responden terhadap cawapres 2009-2014 yang layak mendampingi capres SBY, yakni SBY-Sultang HB (30,78 persen), SBY-JK (19,90 persen), SBY-Hidayat Nur Wahid (12,07), SBY-Sutrisno Bachir (8,67), SBY-Akbar Tandjung (8,50), SBY-Sutiyoso (8,16), SBY-Din S (3,57), SBY-Fadel Muhammad (3,23), SBY-Hatta Rajasa (2,72), SBY-Megawati (1,02), SBY-Wiranto (0,85), SBY-Yusril ( 0,51).

Sedangkan, penilaian responden terhadap cawapres 2009-2014 yang layak mendampingi capres JK, yakni JK-Sutiyoso (27,09 persen), JK-Sultan HB (24,49 persen), JK-Sutrisno Bachir (14,89), JK-Din S (13,80), Jk-Hidayat Nur Wahid (10,03), JK-Prabowo (3,96), JK-Akbar Tandjung (2,12), JK-Megawati (2,11), JK-Wiranto (1,17), JK-Fadel M (0,34).

Penilaian responden terhadap cawapres 2009-2014 yang layak mendampingi capres Megawati Soekarnoputri, yakni Megawati-Hidayat NW (40,21 persen), Megawati-Sutiyoso (11,19), Megawati-Akbar T (8,10), Megawati-Prabowo (10,01), Megawati-Sultan HB (9,87), Megawati-JK (9,43), Megawati-Din S (3,83), Megawati-Sutrisno Bachir (3,83), Mgawati-Yusril (1,03), Megawati-Wiranto (0,88), Megawati-Hatta Rajasa(0,74) dan Megawati-Fadel M (0,88).

Menanggapi hasil survei Puskaptis itu, pengamat politik dari LIPI Syamsudin Haris menilai masih belum lengkap karena survei dilaksanakan hanya pada rentang waktu 24 November - 3 Desember 2008, sedang pada tanggal 1 dan 15 Desember 2008 Pemerintahan SBY mengeluarkan kebijakan penurunan harga BBM serta program penegakan hukum dan pengurangan penduduk miskin yang dapat meningkatkan pencintraan SBY dan PD.

Syamsudin menyatakan bahwa menurunnya persepsi publik atas pilihan pada PG dan Cawapres JK karena masyarakat belum mempersepsikan kebijakan dan program PG yang dapat menyentuh langsung masyarakat luas melalui iklan maupun isu politiknya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008