Bengkulu (ANTARA News) - Seekor ikan paus dengan bobot lebih dari 100 ton terdampar diperairan Pantai Jakat Kota Bengkulu, Selasa dengan kondisi kepala luka akibat benturan karang. Buyung Pesong, warga Pantai Jakat yang pertama kali menemukan ikan paus tersebut, Selasa mengakui pertama kali melihat ikan paus ketika mau melihat kapal yang ditambatkan di dipinggir pantai Jakat. "Sejak satu minggu terakhir hujan disertai badai terus menerus menghantam Kota Bengkulu sehingga kami tidak berani turun melaut," ujarnya. Ia menambahkan walaupun tidak melaut namun setiap hari terus melihat kondisi kapal apakah mengalami kerusakan atau tidak akibat hantaman angin badai. Ketika akan melihat kapal, dirinya samar-samar melihat satu benda besar yang tidak biasanya berada di bibir pantai. Setelah didekati ternyata seekor ikan dengan ukuran lebih besar dari pada drum minyak menggelepar-gelepar dan ketika diteliti ternyata ikan paus. Melihat ada ikan paus terdampat dirinya langsung memanggil warga lain untuk melihat lebih dekat. Waktu ikan paus itu ditemukan kondisinya masih hidup dengan luka parah di bagian kepalanya," ujarnya. Ia menambahkan luka parah yang dialami ikan paus tersebut diperkirakan akibat besarnya gelombang dan kencangnya angin badai sehingga kepala ikan tersebut terbentur karang. "Dalam kondisi luka parah ikan tersebut tidak kuat menahan arus dan terdampar dipinggir pantai Jakat ini," katanya. Setelah menunggu hari terang dan kondisi ikan sudah sangat lemas dan kemungkinan hidupnya kecil akhirnya berdasakan kesepakatan bersama ikan tersebut dipotong-potong dan dagingnya dibagi-bagi. "Kondisi ikan paus tersebut sudah tidak mungkin lagi selamat, dari pada mati sia-sia lebih baik kami potong dan dagingnya dibagikan kepada seluruh warga," katanya. Buyung mengakui alasan lain dibunuhnya ikan paus tersebut karena warga sudah satu minggu lebih tidak dapat turun melaut sehingga persediaan menipis, dengan adanya ikan paus tersebut sedikit banyaknya mampu memenuhi kebutuhan lauk pauk untuk rumah tangga.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008