Oleh Syaiful Hakim Bogor (ANTARA News) - Tolong...Tolong...Anak saya tidak sadar, kata salah seorang ibu ketika menggendong anaknya yang masih kecil saat menggunakan jasa kereta rel diesel (KRD) kelas Bisnis dari Bogor menuju Sukabumi pada Selasa sore (30/12). Bagaimana tidak? kereta yang ditumpangi oleh ibu tersebut berdesak-desakan dengan penumpang lainnya, yang juga menggunakan jasa KRD dari Bogor menuju Sukabumi sekitar pukul 17.30 WIB. Akibatnya, sang anak pun kesulitan memperoleh oksigen, sehingga pingsan, kata salah seorang penumpang lainnya, Syamsul (17) asal dari Jakarta. Syamsul yang menggunakan jasa KRD Bumi Geulis bersama teman-temannya ke Sukabumi untuk camping di Pondok Halimun, Selabintana, Kabupaten Sukabumi itu, mengaku, sang ibu sempat panik ketika anak yang digendongnya tak sadarkan diri. Tak ibu tersebut, tetapi penumpang yang lainnya juga panik melihat anak itu. Akhirnya, anaknya pun dapat sadar ketika sejumlah penumpang meneteskan aier ke wajahnya. "Para penumpang bisa bernafas lega ketika sang anak bisa sadar dari pingsannya. Jangankan anak kecil, kita yang sudah besar saja kesulitan bernafas karena jumlah penumpang begitu banyak," kata Syamsul bersama tujuh orang temannya ketika ditemui di Stasiun Kereta Sukabumi, Selasa malam. Menurut dia, kapasitas penumpang yang ada di dalam kereta sudah berlebihan karena banyak penumpang merasa kesulitan bernafas dan sumpek. "Kalau memang dibolehkan naik ke atap kereta, lebih baik saya duduk di atap kereta daripada harus berdesak-desakan dengan penumpang yang lainnya. Itu pun saya dan teman-teman yang lain harus berdiri selama hampir dua jam," keluhnya. Ia meminta kepada PT Kereta Api (KA) Persero untuk membatasi jumlah penumpang yang akan menggunakan jasa transportasi kereta, pasalnya jumlah penumpang yang ada melebihi kapasitas seharusnya. "Paling tidak, PT KA menyediakan tambahan kereta agar tidak ada lagi penumpang yang berdesak-desakan," tambah Syamsul. Hal senada juga dikatakan Wulan (28), yang merupakan warga Depok, bahwa jumlah penumpang yang menggunakan KRD Bumi Geulis sudah `over load`, pasalnya dirinya terpaksa berdesak-desakan dengan penumpang lainnya. "Dari stasiun Sukabumi saja, jumlah penumpang yang ada dalam gerbong kereta sudah penuh. Namun, petugas di stasiun perlintasan tetap saja menambah penumpang. Akibatnya, penumpang yang satu dengan lainnya saling berdesakan," tuturnya saat menggunakan kereta api dari Sukabumi menuju Bogor pada Minggu pagi (28/12) lalu Seharusnya, petugas di stasiun tidak menambah penumpang lagi ketika jumlah penumpang yang ada didalam gerbong kereta sudah penuh. "Penggunaan kereta dengan kapasitas penumpang yang 'over load' bisa mengakibatkan kerusakan pada kereta. KRD yang telah diresmikan oleh Menhub Jusman Syafii Djamal pada Sabtu (13/12) lalu tidak akan bertahan lama penggunaannya," tuturnya yang bekerja di Sukabumi. Sangat diminati KRD Bumi Geulis kelas Bisnis, yang memiliki empat gerbong dengan tarif sebesar Rp5.000 (untuk potongan harga selama tiga bulan) atau harga reguler sebesar Rp8.000 dari Sukabumi menuju Bogor sangat diminati masyarakat Sukabumi, khususnya masyarakat yang bekerja di luar Sukabumi, seperti Bogor, Jakarta dan sekitarnya. Namun, minat warga Sukabumi yang cukup besar ini terhadap penggunaan jasa transportasi kereta ini tidak ditanggapi serius oleh PT KA, pasalnya jadwal keberangkatan dari Sukabumi-Bogor atau sebaliknya hanya dua perjalanani, yakni sekitar pukul 05.00 WIB berangkat dari Sukabumi menuju Bogor dan pukul 17.00 WIB bertolak dari Bogor menuju Sukabumi. "Kami ingin ada penambahan jadwal keberangkatan kereta dari Sukabumi karena kami kerepotan untuk berangkat pada pagi hari (subuh)," kata salah seorang warga Kecamatan Cibadak, Iman (28). Pasalnya, banyak warga Sukabumi ingin pergi ke Bogor menggunakan jasa kereta api pada siang harinya. "Masa` saya harus naik kereta pada subuh hari, sementara keperluan saya di Bogor pada siang hari. Oleh karenanya, saya minta agar ada penambahan frekuensi KRD," ujarnya. Kepala Stasiun kereta Sukabumi, Budi Mulyana, mengakui, penggunaan jasa transportasi kereta sangat diminati oleh warga Sukabumi, pasalnya mereka sudah kangen menggunakan kereta yang sempat vakum selama dua tahun tersebut. Tingginya minat masyarakat Sukabumi dalam menggunakan jasa kereta ini menyebabkan jumlah penumpang yang menggunakan KRD Bumi Geulis tersebut setiap harinya selalu penuh, bahkan terkadang melebihi kapasitas. "Seharusnya kapasitas penumpang KRD Bumi Geulis sebanyak 600 orang, termasuk penumpang yang berdiri. Namun, pada kenyataannya jumlah penumpang dari Bogor menuju Sukabumi pada Selasa sore (30/12) ini jumlahnya mencapai 844 orang," tuturnya. Budi mengaku, pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk mengantisipasi membludaknya penumpang yang berada di dalam kereta, pasalnya pihaknya sudah berulang kali mengimbau kepada penumpang agar tidak masuk ke dalam kereta saat jumlah penumpang dalam kereta sudah penuh. "Kami sudah berusaha meminta kepada para calon penumpang, tetapi mereka tetap memaksa untuk naik ke dalam kereta. Kami tidak bisa melarang mereka untuk tidak naik kereta. Toh, mungkin mereka ada keperluan yang mendesak sehingga harus rela berdesak-desakan di dalam kereta," tuturnya. Penggunaan kereta dengan kapasitas penumpang yang melebihi bisa berakibat terhadap kerusakan pada kereta. Kereta yang diresmikan oleh Menhub tersebut tidak akan bertahan lama penggunaannya. Sementara itu, Menhub Jusman Syafii Djamal saat peresmian KRD Bumi Geulis jurusan Sukabumi-Bogor pada Sabtu (13/12) lalu, mengatakan, frekuensi KRD Sukabumi-Geulis ini akan ditambah bila permintaan masyarakat akan penggunaan jasa transportasi meningkat. "Setelah KRD ini beroperasi, kami akan melakukan evaluasi untuk penambahan frekusien kereta. Bila dimungkinkan, maka frekuensi penjadwalan kereta akan ditambah," ujarnya. Pendapatan Sopir Bogoran Menurun Minat masyarakat Sukabumi yang tinggi dalam penggunaan jasa transportasi kereta sejak dua pekan yang lalu mengakibatkan tingkat pendapatan angkutan umum Colt L-300 jurusan Sukabumi-Bogor mengalami penurunan hingga mencapai 20 persen. Pengurus himpunan Sopir Colt Bogoran, Edi Ras mengatakan, gejala penurunan pendapatan sopir Bogoran sudah dirasakan sejak beroperasinya KRD Sukabumi-Bogor pada 13 Desember lalu. Meski jadwal pemberangkatan kereta baru diberlakukan hanya satu rute perjalanan, namun banyak penumpang yang mulai beralih dari angkutan umum Colt Bogoran ke transportasi kereta, sehingga penghasilan sopir bogoran mengalami penurunan. "Jika dirata-rata tingkat penurunanan pendapatan sopir Bogoran ini mencapai sekitar 20 persen. Namun, kami tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi seperti ini karena masalah angkutan ini sepenuhnya menjadi hak para penumpang," ujar Edi. Disebutkannya, rata-rata pendapatan sopir Colt Bogoran sebelum beroperasinya KRD bisa mencapai Rp300 ribu lebih setiap harinya. "Besaran pendapatan ini masih bisa memberikan keuntungan bagi sopir Colt Bogoran yang ditarget harus memberikan setoran kepada pemilik kendaraan sebesar Rp240.000/hari. Tetapi, setelah KRD mulai beroperasi, tidak sedikit sopir colt Bogoran yang mengeluh akibat jasa tumpangannya mulai sepi," paparnya. Menyinggung banyaknya aspirasi penambahan rute perjalanan kereta api, Edi meminta pihak PT KA untuk tidak mengabulkan permohonan itu karena jika penambahan rute KRD ditambah, maka dipastikan jasa angkutan Colt Bogoran akan semakin menurun. "Tidak menutup kemungkinan, banyak pemilik kendaraan Colt L-300 mengalami gulung tikar," tutur Edi.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008